Penulisan Sejarah Indonesia, Tokoh Sumbar: Peristiwa 1960an Kemana?

- Penahanan 30 tokoh bangsa oleh Soekarno
- Pelanggaran HAM
- Disarankan jangan tergesa-gesa
Padang, IDN Times - Seorang tokoh di Sumatra Barat, Hasril Chaniago menyatakan, sejarah kelam Indonesia harus dituliskan di dalam buku Sejarah Indonesia yang sedang ditulis oleh ratusan pakar dari berbagai universitas di Indonesia.
Salah satu sejarah kelam Indonesia yang harus dituliskan menurut Hasril adalah tragedi 1960an sampai tahun 1967 yang merupakan salah satu tragedi terbesar dalam pemerintahan Presiden Soekarno.
"Saya lihat di dalam draft ini belum ada menuliskan soal tragedi 1961 yang merupakan tragedi pelanggaran HAM besar juga di Indonesia," katanya dalam diskusi publik buku Sejarah Indonesia di Universitas Negeri Padang (UNP), Kamis (31/7/2025).
1. Penahanan 30 tokoh bangsa oleh Sukarno

Hasril mengungkapkan, dalam rentang waktu tersebut ada sebanyak 30 orang tokoh bangsa yang ditahan tanpa pengadilan oleh rezim Sukarno.
"Dimana akan ditulis sejarah itu. Apakah itu tidak pantas untuk ditulis dalam sejarah kita?," katanya saat menanyakan kepada para penulis dan editor buku Sejarah Indonesia.
Ia menambahkan, sejarah tersebut tidak seharusnya dihilangkan ataupun dikaburkan. Karena hal tersebut merupakan sebuah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh pemerintah saat itu.
2. Pelanggaran HAM

Hasril mengatakan, perbuatan penahanan 30 orang tokoh bangsa tanpa pengadilan tersebut merupakan pelanggaran HAM yang tidak memiliki masa kadaluarsa.
"Selama ini kita hanya bicara soal pelanggaran HAM 1998, 1965. Sementara yang tahun 1961 tentang Karto Suryo misalnya mau ditaruh dimana," katanya.
Ia mengatakan, jika penulisan sejarah tersebut akan merekonsiliasi, harus menuliskan semuanya. Tidak tebang pilih dalam menulis sejarah pelanggaran HAM yang dilakukan oleh rezim.
"Contohnya Amerika menulis tentang perang saudara. Tetapi tidak menuliskan mana pihak pemberontak dan mana pihak menang dan yang kalah. Bukan begitu," katanya.
Ia meminta agar peristiwa tersebut dituliskan dalam buku Sejarah Indonesia yang sedang ditulis tersebut agar bisa menjadi pembelajaran kedepannya bagi penerus bangsa.
3. Disarankan jangan tergesa-gesa

Hasril menyarankan kepada seluruh tim yang tergabung dalam penulisan buku Sejarah Indonesia itu agar tidak tergesa-gesa dalam menuliskannya.
"Saya mohon, ini dibaca lagi lah dulu. Jangan sampai semuanya seperti pepatah minang, Minyak Abih Samba Tak Lamak (minyak habis masakan tidak enak)," katanya.
Ia meminta agar pembuatan buku tersebut betul-betul dikaji lebih dalam lagi agar pekerjaan tersebut tidak sia-sia dan tidak memperbaiki lagi ke depannya.