Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Anggota KPU Kota Palembang Divisi Teknis Penyelenggaraan Pemilu, Sri Maryati dan Ketua KPU Palembang Syawaluddin (IDN Times/Rangga Erfizal)

Palembang, IDN Times - Komisi Pemilihan Umum (KPU) Palembang memprediksi jumlah partisipasi pemilih di wilayah Palembang mengalami penurunan dibanding Pilpres dan Pileg Februari 2024 lalu. Meski belum ada angka pasti penurunan partisipasi masyarakat tersebut bisa dilihat dari jumlah masyarakat yang hadir di TPS saat hari pencoblosan, Rabu (27/11/2024) lalu.

"Partisipasi pemilih masyarakat masih menunggu hasil pastinya dari rekapitulasi di tingkat kecamatan dan pleno ditingkat kota Palembang. Sepertinya (partisipasi) turun jika dibanding dengan pileg dan pilpres," ungkap Anggota KPU Kota Palembang Divisi Teknis Penyelenggaraan Pemilu, Sri Maryati, Sabtu (30/11/2024).

1. Banyak masyarakat Palembang tak memilih

Lokasi TPS 27 Palembang (IDN Times/Rangga Erfizal)

Sri Maryati menerangkan, dari laporan PPS dan PPK partisipasi masyarakat yang hadir saat pemilihan berkurang secara drastis. Untuk faktor penyebab menurunnya jumlah partisipasi tersebut pihaknya masih melakukan analisa lebih lanjut.

"Banyak sekali masyarakat tidak memilih di hari pencoblosan," ungkap dia.

2. Proses rekapitulasi masih berlangsung di 18 kecamatan

Cagub Sumsel Herman Deru saat melakukan pencbolosan di TPS 27 (IDN Times/Rangga Erfizal)

Hingga hari ini proses rekapitulasi suara di tingkat kecamatan masih dilakukan. KPU mencarat baru menyelesaikan rekapitulasi untuk Pilgub sedangkan Pilwako masih berlangsung di 18 kecamatan di Palembang.

"Kita juga masih menunggu laporan dari temuan di lapangan. Kita terus menunggu laporan dari PPS dan PPK serta Panwascam," jelas dia.

3. Politik uang di Pilpres-Pileg pengaruhi masyarakat

ilustrasi pemilu (IDN Times/Esti Suryani)

Diberitakan sebelumnya, Pengamat Politik UIN Raden Fatah Palembang, Yulion Zalpa menerangkan karakteristik pemilih di Sumsel dipengaruhi dua faktor yakni, faktor pragmatis dan faktor rasional. Kedua faktor ini lah yang mendominasi pemilih di Sumsel.

Faktor pragmatis ini dipengaruhi politik uang sehingga banyak masyarakat yang tertarik untuk memilih karena diiming-imingi uang. Faktor ini menjadi penggerak masyarakat menuju TPS. Ketika masyarakat tak mendapatkan uang maka mereka enggan menyalurkan hak pilihnya.

"Pengaruh money politic ini begitu besar. Karena pemilu sebelumnya (Pilpres-Pileg) menjadi penentu mereka ke TPS. Sehingga saat tidak ada imbalan berdampak ke motivasi para pemilih untuk datang ke TPS," jelas dia.

Yulion menyebutkan, faktor selanjutnya yang mempengaruhi orang untuk datang ke TPS adalah pilihan calon yang tak sesuai. Proses terpilihnya calon melalui mekanisme partai yang sempat alot sebelum ada putusan MK dimana parpol telah lebih dulu memploting calonnya membuat masyarakat muak dengan sistem yang ada.

"Motivasi pemilih untuk menyalurkan hak pilih yang kurang terlihat karena opsi pilihan kandidat yang belum mampu menawarkan solusi yang kongkrit buat masyarakat," jelas dia. 

Editorial Team