Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi pelecehan seksual. (IDN Times/Mardya Shakti)
Ilustrasi pelecehan seksual. (IDN Times/Mardya Shakti)

Intinya sih...

  • Dua terduga pelaku sudah dinonaktifkan dari jabatan masing-masing

  • Kades Seri Kembang 1 siap dipanggil polisi sebagai saksi

  • Pihak kampus ingin persoalan ini selesai dengan cara baik

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ogan Ilir, IDN Times - Kasus dugaan pelecehan dilakukan dua anggota Karang Taruna Desa Seri Kembang 1, Kecamatan Payaraman, Ogan Ilir terhadap mahasiswi yang bertugas KKN kini sudah bergulir ke pihak kepolisian.

Pemerintah Desa Seri Kembang 1, Ogan Ilir juga telah menonaktifkan jabatan pengurus kedua karang taruna dan Kepala Dusun (Kadus) yang diduga menjadi pelaku pencabulan kepada mahasiswi Universitas Muhammadiyah Palembang (UMP) tersebut.

1. Dua terduga pelaku sudah dinonaktifkan dari jabatan masing-masing

Kepala Desa Seri Kembang 1, Wendra mengatakan, dua orang terduga pelaku tersebut yakni HT dan SK yang melakukan pencabulan mahasiswa berinisial S. Kini keduanya telah dinonaktifkan dari jabatannya masing-masing.

"Benar kedua pelaku tersebut sudah dinonaktifkan dari jabatannya masing-masing," ujarnya, Kamis (11/9/2025)

Wendra juga menegaskan pada saat kejadian ia tidak ada di lokasi sehingga tidak begitu memahami kronologi kejadian tersebut.

"Saya pada saat kejadian berada di luar desa karena tugas. Sehingga saya tidak tahu detail kejadiannya seperti apa," jelasnya.

2. Kades Seri Kembang 1 siap dipanggil polisi sebagai saksi

Ilustrasi lapor polisi. (IDN Times/ Agung Sedana)

Sampai saat ini, Wendra mengaku belum ada panggilan dari kepolisian. Namun ia siap untuk memenuhi panggilan polisi jika membutuhkan keterangan darinya.

"Belum ada panggilan, saya menyerahkan sepenuhnya perkara ini kepada polisi. Jika saya dipanggil sebagai saksi, saya siap," tegas Wendra.

Menanggapi hal ini, pihak UMP berharap kasus dugaan asusila yang dilaporkan mahasiswinya tersebut bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Bahkan pihak kampus telah berkomunikasi langsung dengan Kepala Desa Seri Kembang 1.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Dr. Yudha Mahrom mengatakan, usai menerima laporan terkait kasus ini, pihaknya langsung ke lokasi KKN yang dimaksud. Saat tiba di desa tersebut, rupanya korban sudah membuat laporan ke polsek setempat.

"Pada saat itu kita belum mendapatkan penjelasan secara rinci oleh kedua belah pihak. Kemudian paman korban mengatakan jika hendak melakukan musyawarah sesama keluarga dulu," ujarnya.

3. Pihak kampus ingin persoalan ini selesai dengan cara baik

Ilustrasi pelecehan seksual (IDN Times/Aditya Pratama)

Karena pihak keluarga S (korban) ingin berunding terlebih dahulu terkait langkah yang akan ditempuh atas kejadian ini, maka pihak kampus menunggu kelanjutan kasus ini. Namun selang beberapa hari kemudian, pihaknya mendapatkan informasi dari media jika pihak keluarga S telah melaporkan perkara dugaan pelecehan ke Polres Ogan Ilir pada Selasa (2/9/2025).

"Pada saat itu kami memang belum mendapatkan kejelasan secara rinci dari kedua belah pihak (pelapor dan terlapor). Karena ini ranah hukum, saya sampaikan kalau memang merasa tidak bersalah, ya buktikan. Kalau ternyata tidak ada (pelecehan), ya jangan diperlebar," ujarnya Kamis (11/9/2025).

Ia menambahkan, Rektor UMP Prof. Dr. Abid Djazuli juga ingin perkara ini diselesaikan secara baik-baik.

"Bapak Rektor menyampaikan, kita prinsipnya menginginkan persoalan ini diselesaikan secara baik-baik saja, secara kekeluargaan. Namun karena sudah keputusan keluarga, maka itu sudah diluar ranah kita," jelas Yudha.

Rencananya pihak Rektorat UMP akan meminta keterangan dari S, namun menunggu yang bersangkutan pulih dari trauma. "Kami belum panggil S dan rencananya nanti setelah kondisinya sudah baik," kata Yudha.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team