Palembang, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo berbicara tentang transparansi data penerima bantuan sosial (bansos) kemarin, Senin (4/5). Ia meminta data penerima bansos harus dibuka secara transparan ke publik untuk menghindari simpang siur dan kecurigaan. Titah Presiden ini tidak keluar tanpa sebab, mengingat data penerima bansos yang tidak valid di daerah menimbulkan kekacauan belakangan ini.
Warga di Palembang merasakan itu. Meski Ketua RT sudah melaporkan data ke Dinas Sosial (Dinsos) Kota Palembang sejak sebulan lalu, namun bansos yang diharapkan tak kunjung datang. Kepala Dinsos Kota Palembang, Heri Aprian, mengakui penyaluran bansos belum merata.
Dirinya menyampaikan data penerima bansos dari Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang, di luar bantuan PKH (Program Keluarga Harapan) dan BPNT (Bantuan Pangan Non Tunai), mencapai 40.735 Kepala Keluarga (KK). Mereka adalah warga miskin baru yang seharusnya menerima bansos.
"Laporan dari RT, RW, Lurah dan Camat, ada 40 ribuan warga miskin baru yang berhak terima bansos. Tapi yang dalam penyalurannya masih kita hitung (data), belum menyeluruh (merata) yang tersalurkan," kata Heri pada 24 April lalu.
Namun belum sampai dua pekan, data ini bertambah sekitar 9.000 KK. Atau menjadi 49 ribu. IDN Times menemui Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Palembang, Ratu Dewa, membicarakan ihwal data penerima bansos di ruang kerjanya pada Senin pagi (5/5). Dewa mengakui ada penambahan warga miskin yang cukup fantastis. Sedangkan tambahan data ini tidak ter-cover dalam lima program bantuan pemerintah.
"Total warga miskin di Palembang mencapai 115 ribu KK, tapi baru sekitar 65 ribu KK yang terprogram menerima bansos. Sisanya sekitar 49.669 KK sebagai warga miskin baru tidak ter-cover dari kategori bantuan lainnya," kata dia.