Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
antarafoto-capaian-realisasi-program-mbg-di-aceh-1758261984.jpg
Pelajar membawa paket makanan program Makan Bergizi Gratis (MBG) di SD Negeri 42, Banda Aceh, Aceh. (ANTARA FOTO/Irwansyah Putra)

Intinya sih...

  • Total terdapat 296 yang berasal dari 6 kota/kabupaten di Sumsel terdampak keracunan usai menyantap MBG. Dua kejadian menu terkontaminasi ulat.

  • Palembang - 25 september - 13 Siswa

  • OKU - 23 September - 12 Siswa

  • MUBA - 3 September - 9 Siswa

  • OKI - 1 September - 80 Siswa

  • PALI - 5 Mei - 174 Siswa

  • Empat Lawang - 18 Februari - 8 Orang

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Kasus keracunan usai menyantap Makan Bergizi Gratis (MBG) berdampak pada ratusan siswa harus dilarikan ke rumah sakit. Di Sumsel misalnya, sejak program ini dimulai 6 Januari 2025 hingga hari ini, ada 296 siswa mengalami keracunan usai menyantap makanan yang disediakan dalam program Presiden Prabowo.

Rinciannya, delapan orang terdampak kasus keracunan di Empat Lawang pada 18 Februari. Kasus keracunan di Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) pada 5 Mei menyebabkan 174 siswa muntah-muntah dan dilarikan ke RSUD setempat.

Pada 1 September lalu di Ogan Komering Ilir (OKI), dimana ada 80 siswa mengalami kejadian serupa hingga harus dilarikan ke rumah sakit. Dua hari berselang, tepatnya 3 September ada sembilan siswa mual dan muntah usai menyantap menu MBG di Musi Banyuasin (MUBA).

Kasus terbaru 23 September lalu keracunan MBG melanda Ogan Komering Ulu (OKU), dimana ada 12 siswa yang dilarikan ke puskesmas. Terakhir, kasus di Palembang 25 September ada 13 siswa yang dilarikan ke puskesmas dan RS Pusri.

Dari keenam kasus, dua di antaranya dipastikan karena kontaminasi bakteri E.coli, yakni kasus keracunan MBG di PALI dan OKI, akibat air yang tercemar. Selain keracunan, terdapat temuan ulat di menu MBG yang dibagikan di OKI pada 23 September dan Lubuk Linggau pada 24 September

Berikut IDN Times merangkum lini masa, kejadian keracunan MBG di Sumsel selama tujuh bulan program ini berjalan berikut faktanya.

1. Siswa di Palembang alami kejang-kejang

Wali Kota Palembang Ratu Dewa saat menjenguk salah satu siswa yang diduga keracunan MBG (Dok. Kominfo Palembang)

Kasus terbaru 25 September 2025, peristiwa keracunan menimpa 13 orang siswa di SD Negeri 178 Palembang. Para siswa diduga mengalami mual, muntah-muntah, dan pusing kepala usai menyantap menu berisi nasi putih, ayam katsu, tahu goreng, salad mayones, dan pisang.

Tak itu saja, beberapa siswa juga mengalami kejang-kejang hingga harus dirujuk dari Puskesmas menuju RS Pusri untuk mendapat perawatan medis. Seperti pada kasus keracunan sebelumnya, pihak dinas kesehatan telah mengambil sampel makanan para siswa untuk diperiksa.

"Biasanya lima sampai tujuh hari baru diketahui penyebabnya. Penyebabnya belum diketahui apa," ungkap Kepala Dinkes Palembang, Fenty Aprina.

2. Para siswa di OKU mendapatkan pertolongan oksigen

Siswa SMPN 9 OKU dìbawa ke Puskesmas, diduga keracunan usai santap MBG. (Dok. Istimewa)

Keracunan berikutnya menimpa belasan pelajar SMP Negeri 9 Ogan Komering Ulu (OKU) pada 23 September, usai mereka menyantap menu MBG. Sebanyak 12 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan dua perempuan dilaporkan mengalami gejala pusing, mual, hingga sesak napas. Pihak sekolah langsung membawa mereka ke Puskesmas Sukaraya.

"Dari jumlah tersebut, dua pelajar harus dirawat lebih intensif karena mengalami sesak napas. Selain diinfus, dua siswa juga diberikan oksigen karena mengalami gangguan pernapasan," ujarnya.

Salah seorang siswa yang masih menjalani perawatan di Puskesmas Sukaraya, Bastian menjelaskan, makanan yang disajikan hari itu terasa berbeda dari biasanya.

"Sayurannya agak bau, ayam gorengnya juga terasa aneh. Begitu makan, perut saya langsung mual dan akhirnya muntah berkali-kali," ungkapnya.

3. Siswa SD di Muba alami keracunan

Siswa SD Mangun Jaya Muba saat dirawat usai mengalami gejala mual muntah saat mengkonsumsi MBG. (Dok. Warga)

Sebanyak sembilan siswa SD Negeri 3 Mangun Jaya, Babat Toman, Musi Banyuasin dilarikan ke klinik terdekat karena alami gejala mual, pusing dan muntah pada 3 September lalu. Pada saat menyantap menu MBG hari itu, para siswa diketahui mendapatkan menu nasi putih, filet ikan dori crispy, tahu, sayur tumis kacang panjang, wortel dan buncis, serta buah jeruk.

Salah satu siswa kelas 4 SD yang keracunan, mengalami muntah sebanyak tiga kali. Para siswa yang merasakan menu makanan hari itu, mengaku jika salah satu makanan yakni, tahu yang mereka konsumsi sudah berubah rasa atau masam.

"Pihak Dinkes sudah turun, sampel makanan sudah diambil dan untuk sementara dapurnya kami stop sampai hasil lab resmi keluar," ungkap Kepala SPPG BGN Sekayu, Oking Candra.

4. Keluhkan bau pada menu makanan di OKI

Sejumlah siswa di Pedamaran OKI dìbawa ke Puskesmas diduga keracunan usai santap MBG. (Dok. Warga)

Di OKI, puluhan siswa SD dan SMP di Pedamaran dilarikan ke puskesmas setempat usai makan siang pada 1 September. Para siswa mengeluh sakit perut dan mual. Kondisi tersebut membuat para guru sempat panik melihat para siswanya lemas.

Seperti kasus sebelumnya, makanan diduga menjadi penyebab para siswa keracunan. Para siswa diketahui sempat menyantap nasi putih, kuah soto, ayam suwir, toge, tahu goreng dan susu serta buah jeruk.

Diduga penyebab keracunan mengarah pada menu ayam suwir yang disantap. Para siswa bersaksi bahwa mereka mencium bau tidak sedap dari ayam yang disantap mereka pada hari itu. Siswa yang tidak mengonsumsi ayam tersebut tidak mengalami gejala serupa.

"Dari awal siswa kelas 6 sudah mengeluh, katanya ayamnya sudah mengeluarkan bau tidak sedap," ungkap Salah satu guru di SDN 5 Pedamaran, Meshin Putri Utami.

5. Ratusan siswa di PALI alami keracunan

Puluhan siswa di PALI dilarikan ke RSUD Talang Ubi (Dok: istimewa)

Jauh sebelum September, ratusan siswa di PALI mengalami kejadian serupa pada 5 Mei 2025. Sebagian dari mereka dilarikan ke RSUD Talang Ubi untuk mendapatkan perawatan medis. Para siswa diantarkan oleh orang tuanya menuju IGD untuk diperiksa lebih lanjut karena mengalami mual, muntah dan pusing.

"Dalam perawatan ada delapan orang dan kondisinya sudah stabil tinggal pemulihan saja. Sedangkan 166 siswa lainnya sudah diperbolehkan pulang. Beberapa siswa ada juga yang sudah masuk sekolah," ungkap Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Sumsel, Dedy Kurniawan.

Dedy menjelaskan, kebanyakan siswa yang diperiksa di RS berasal dari jenjang pendidikan sekolah dasar. Pemkab PALI pun sudah mengambil tindakan menghentikan sementara waktu proses pembagian menu MBG ke sekolah-sekolah.

"Paling banyak siswa SD. Yang terdampak memang dari PAUD hingga SMA," jelas dia.

Para siswa diketahui sempat menyantap nasi putih, ikan tongkol suwir, sayuran berupa tumis jagung dan labu siam serta tempe goreng.

6. Kasus pertama kali terjadi di Empat Lawang

Polres Empat Lawang melakukan penyidikan pasca 8 siswa diduga keracunan usai santap MBG. (Dok. Polres Empat Lawang)

Kejadian pertama terjadi Selasa (18/2/2025) lalu di Kabupaten Empat Lawang, Sumsel, sekitar delapan siswa dilarikan ke puskesmas usai mengeluh sakit perut dan muntah-muntah. Pada kasus pertama di Empat Lawang, penyedia makanan MBG memberikan ikan fillet patin krispi, bihun goreng, tahu goreng, dan buah pepaya.

7. Temuan ulat pada menu MBG

Menu MBG di SDN 42 Kota Lubuk Linggau yang ditemukan ulat. (Dok. Istimewa)

Selain keracunan, ada juga siswa yang menemukan ulat pada menu MBG yang dibagikan. Kejadian ini sontak membuat para siswa yang mendapatkan MBG heboh. Di wilayah OKI misalnya 23 September lalu, para siswa menemukan ada ulat yang bergerak pada menu olahan telur yang dicampur saut tomat.

Kejadian ini disadari oleh siswi kelas 5 bernama Salsabila Azzahra, dimana temuan itu cepat menyebar di medsos usai direkam. Dalam pengakuannya Salsabila menceritakan makanan tersebut diterima pukul 10.00 WIB.

Menu hari itu cukup lengkap, terdiri dari nasi, telur sambal, bakwan, kacang dan buah. Namun, belum sempat disantap, para siswa menyadari ada yang tak beres di ompreng mereka.

"Ada ulat belatung kecil-kecil. Jumlahnya banyak dan bergerak. Ada di lauk telur," ujar Salsabila.

Rupanya teman Salsabila juga menemukan hal serupa di wadah ompreng mereka. Belasan siswa melaporkan menemukan ulat dan spontan melaporkan kejadian tersebut ke guru mereka.

"Kami urung makan, tapi ada seorang teman saya terlanjur sudah makan dan belum sadar ada ulat. Setelah kami beri tahu, dia langsung berhenti makan dan dikembalikan," ungkapnya.

Sehari selanjutnya, di Lubuk Linggau kejadian serupa juga terjadi di SDN 42 Lubuk Linggau. Para siswa heboh saat mendapati ulat pada buah di ompreng salah satu siswa. Sontak kejadian itu membuat siswa lain enggan menyantap menu yang tersedia.

Ernita Sari, guru wali kelas yang membagikan MBG tersebut mengatakan, awalnya sekitar pukul 08.00 WIB pihak sekolah menerima menu MBG dari dapur MBG di wilayah Kelurahan Batu Urip Taba. Selanjutnya MBG tersebut dibagikan kepada murid di masing-masing kelas.

Setelah dibagikan ke setiap anak, tiba-tiba anak yang di bagian belakang menyampaikan kepada dirinya jika buah naga pada menu MBG miliknya ada ulat. Ulat itu ditemukan merayap di atas buah, dan ia langsung meminta muridnya itu untuk tidak menyantap makanannya.

"Saya meminta pihak sekolah menghubungi pihak penyedia makanan dan meminta diganti. Kemudian oleh penyedia makan langsung diganti dengan jatah MBG siswa yang tidak hadir," ungkapnya.

Editorial Team