Ilustrasi miras (IDN Times/Debbie Sutrisno)
Robin bukan nama sebenarnya, telah menjual minuman beralkohol (mikol) di warung kaki lima kawasan Ilir Barat 1 Palembang sejak dua tahun terakhir. Walau penjualan mikol berkurang sejak awal pandemik hingga lebaran Idul Fitri 2020, namun konsumsi miras justru naik setelahnya.
Robin menjelaskan, pembeli umumnya hanya untuk membawa pulang minuman. Mereka masih takut untuk nongki sembari menenggak miras di luar. Apalagi pemerintah sedang giat-giatnya melakukan penertiban keramaian atau kerumunan.
"Akhir-akhir ini memang banyak yang beli untuk dibawa pulang. Mungkin karena pandemik jadi minumnya di rumah saja. Pembeli pun sudah semakin ramai," ujar dia kepada IDN Times, Rabu (3/3/2021).
WZ seorang pemasok minuman beralkohol di wilayah Sumatra Bagian Selatan (Sumbagsel) saat dikonfirmasi IDN Times mengatakan, pembeli miras rata-rata kelas menengah ke atas. Mulai dari anak muda hingga pejabat daerah.
Terkadang pembeli mengonsumsi miras di rumah saat pandemik, bukan minum di tempat umum atau yang telah disediakan. Apalagi Sumsel berbeda dengan empat daerah yang sempat masuk dalam aturan investasi penanaman modal. Penjualan dan peredarannya sangat diatur oleh Pemda lewat Peraturan Daerah (Perda).
Senada diungkapkan MR (41), penjual tuak di Tubah, Jawa Timur (Jatim), mengaku tak memedulikan Perpres yang sudah dicabut Jokowi. Menurut MR, penjualan tuak di tempatnya tetap saja laku dengan atau atau tanpa Perpres itu.
"Gak ada masalah mas, mau ditetapkan atau dilegalkan, jualan tuak masih tetap laku," katanya.
Setiap harinya MR membeli puluhan liter tuak dari produsen asal Kecamatan Semanding. Ia menjualnya kembali kepada pelanggan tetap secara grosiran atau eceran. Untuk harga jual, tuak berukuran 1,5 liter dijualnya seharga Rp15 ribu.
"Kami juga melayani pembelian dengan jumlah banyak, satu jerigen isi 30 liter itu kita jual Rp200 ribu," imbuhnya.
Penjualan minuman beralkohol sejak pandemik cukup meningkat. Menurut sebuah riset dari IWSR yang memberi wawasan tentang pasar minuman beralkohol dunia, penjualan alkohol di lokapasar Amerika Serikat mendekati US$5,6 miliar pada tahun 2020, atau naik sekitar US$3 miliar di tahun sebelumnya.
Dari 10 pasar utama di beberapa negara seperti Australia, Brasil, Cina, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Spanyol, Inggris, dan Amerika Serikat, penjualan minuman beralkohol di lokapasar diperkirakan meningkat 42 persen menjadi US$24 miliar di tahun lalu.
IWSR menghubungkan kenaikan penjualan alkohol di lokapasar dengan pandemik COVID-19, yang telah menyebabkan banyak konsumen mengubah kebiasaan membeli dan beralih ke belanja online dalam upaya menghindari paparan virus.