Koperasi merah putih di Kelurahan Sukodadi Palembang (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Menurut Nanang, keadaan KKDMP tinggal menunggu mati saja. Pengelolaan saat ini mengalami berbagai masalah. Mulai dari belum ada kejelasan mengenai janji penyaluran kredit usaha rakyat dari Bank Himbara melalui Danantara Indonesia, hingga persaingan ketersediaan stok dengan program pasar murah yang digelar Pemerintah Kota (Pemkot) Palembang.
"Kita ini sekarang: mundur mati berhenti, maju bunuh diri," jelasnya.
Akibat kehadiran operasi pasar murah, pendapatan koperasi merah putih nol. Kondisi ini, kata dia, karena beras SPHP disediakan di pasar murah, tetapi koperasi merah putih sulit menerima distribusi. Alasannya, koperasi merah putih perlu pengajuan proposal untuk mendapati stok tersebut. Belum lagi persoalan harga barang yang dijual di pasar murah lebih rendah dari koperasi ini.
"Koperasi ini sistemnya harus untung untuk perputaran ekonomi, tetapi pasar murah jual dengan harga modal. Sehingga masyarakat lebih memilih ke pasar murah daripada koperasi," kata Nanang.
Apabila kondisi berkelanjutan stok tidak bertambah dan barang kemudian disediakan alternatif di program daerah pasar murah, artinya koperasi merah putih setop. Ini masalah yang harus diperhatikan dan disoroti agar program KKDMP berjalan panjang.
"Bertabrakan antara program pemerintah daerah dan impres ini (KKDMP) stok lebih banyak ke sana (pasar murah). Dan mohon maaf, kita di koperasi bagaimana nasibnya?" tanya Nanang, berharap mendapatkan jawaban dari pemangku kepentingan.