Tumpukan sampah TPA yang terbakar. (IDN Times/Rohmah Mustaurida)
Sepanjang pembangunan PLTSa sejauh ini, kata Mustain, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi, salah satunya adalah ekspektasi tepat waktu yang tak terealisasi karena faktor cuaca dan liburan panjang. Misalnya, libur Tahun Baru Imlek dan Hari Raya Idul Fitri menyebabkan beberapa keterlambatan dalam pengiriman material dan proses konstruksi. Namun dia menjelaskan, deviasi atau penyimpangan yang terjadi itu berhasil dikejar dengan optimalisasi kerja.
"Barang-barang yang diperlukan untuk perakitan PLTSa sudah mulai berdatangan, dan kami sangat optimistis dengan target operasional pada 2026," katanya.
Sementara menyoal kekhawatiran yang sering muncul di tengah pembangunan PLTSa, proyek ini diklaim mampu mengurangi produksi sampah hingga seribu ton per hari dan saat pembangkit listrik operasional. Sedangkan untuk memastikan keberlanjutan pasokan sampah, Pemkot Palembang terus mendorong berbagai inisiatif.
Salah satunya adalah program satu kelurahan satu bank sampah. Program ini bertujuan untuk mendekatkan layanan pengelolaan sampah kepada masyarakat, serta meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melakukan pemilahan dan pengurangan sampah sejak dari sumbernya.
"Melalui program ini, masyarakat dapat lebih aktif memilah sampah yang dapat didaur ulang atau diolah lebih lanjut, sementara sampah yang tidak terpakai dapat dikirimkan ke bank sampah terdekat," jelasnya.
Melalui, bank sampah tiap kelurahan, harapannya masyarakat lebih mudah berpartisipasi dalam pengelolaan sampah yang ramah lingkungan. Apalagi Pemkot Palembang aktif mendorong masyarakat berpartisipasi dalam program pengelolaan sampah.
"Kami ingin agar Palembang menjadi kota yang tidak hanya mengelola sampah dengan baik, tetapi juga menciptakan budaya keberlanjutan bagi generasi yang akan datang," kata dia.