Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Adnayernis Warga Subarang Aie, Nagari Salareh Aie Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam-Sumbar sempat bertahan hidup dengan hanya memakan nasi dan gula aren saja saat banjir melanda.
Adnayernis Warga Subarang Aie, Nagari Salareh Aie Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam-Sumbar sempat bertahan hidup dengan hanya memakan nasi dan gula aren saja saat banjir melanda. (IDN Times/Halbert Caniago)

Agam, IDN Times - Warga Subarang Aie, Nagari Salareh Aie Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar) sempat bertahan hidup dengan hanya memakan nasi dan gula aren saja.

Hal itu dilakukan karena warga di daerah tersebut sempat terisolasi usai dihantam bencana banjir bandang yang terjadi pada Kamis (27/12/2025) lalu sebelum jalur menuju perkampungan itu masih tertutup.

"Malam setelah kejadian kami hanya makan nasi dan gula aren saja. Karena tidak ada lauk yang bisa kami masak," kata salah seorang warga yang sempat terisolasi, Adnayernis (50) seraya menggendong cucunya, kepada IDN Times.

1.⁠ ⁠Kesaksian saat terjadi banjir bandang

Seorang warga melintasi endapan lumpur usai banjir bandang untuk membantu proses evakuasi di Palembang, Kabupaten Agam. (IDN Times/Halbert Caniago)

Adnayernis mengungkapkan, saat terjadinya bencana banjir bandang tersebut ia sedang mengarit rumput untuk makan sapinya. Ia mendengar teriakan bahwa ada air besar yang datang.

"Saya mendengar suara gemuruh dari arah atas dan langsung berlari ke arah rumah melalui pematang sawah dan saya memanggil anak dan cucu saya untuk segera pergi," katanya.

Perempuan paruh baya itu langsung menggendong dua cucunya yang sedang bermain di dalam rumah dan membawanya lari ke arah yang lebih aman.

"Alhamdulillah kami sekeluarga selamat dari bencana itu dan saya mendengar saudara lainnya yang rumahnya terkena banjir bandang berteriak minta tolong," katanya.

Tetapi, ia tidak bisa berbuat banyak karena lokasi itu sudah dipenuhi oleh air dan lumpur yang serta pohon kayu besar yang terbawa oleh air bah yang sangat deras.

"Kami langsung pergi ke lokasi yang lebih tinggi dan melihat bagaimana air menghanyutkan rumah dan semua yang dilewatinya dari kejauhan," katanya.

2.⁠ ⁠Bertahan hidup saat terisolasi

Aktivitas di posko penerimaan bantuan korban banjir di Nagari Salareh Aie Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar). (IDN Times/Halbert Caniago)

Akibat banjir bandang itu, Adnayernis dan keluarganya terisolasi dari jalur utama dan tidak banyak yang bisa dilakukannya kala itu untuk mendapatkan makanan.

"Pada hari Jumat-nya kami dan warga lainnya bersepakat untuk mengumpulkan beras, minyak goreng dan bahan makanan lainnya untuk bisa dimasak," katanya.

Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai petani itu baru mendapatkan bahan makanan untuk dimasak pada Sabtu (29/11/2025) lalu dari anaknya yang mengantarkan dengan menembus lumpur yang cukup dalam.

"Dari situ kami mendapatkan bahan makanan seperti beras, minyak goreng, telur dan bahan makanan lainnya untuk dimasak di salah satu rumah warga di sini," katanya.

3.⁠ ⁠Bantuan dari famili

Relawan membawa bantuan ke posko di Nagari Salareh Aie Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatra Barat (Sumbar), Rabu (3/12/2025). (IDN Times/Halbert Caniago)

Adnayernis mengatakan, hingga Rabu (3/12/2025) ia tidak mengetahui apakah bantuan yang diterima berasal dari pemerintah atau tidak sejauh ini.

"Yang memberikan bantuan selama ini hanya sanak dan famili serta teman dan kerabat jauh yang kenal dengan saya saja selama ini," katanya.

Tetapi, menurut Adnayernis ia pernah diberikan bantuan yang diserahkan oleh para pemuda setempat berupa beras dan mie instan. Tetapi ia tidak mengetahui asal dari bantuan tersebut.

4.⁠ ⁠Kesulitan air bersih

Petugas kepolisian bersama warga sedang melakukan proses evakuasi di bangunan yang runtuh akibat banjir bandang di Palembayan, Kabupaten Agam, Senin (1/12/2025). (IDN Times/Halbert Caniago)

Adnayernis mengatakan, saat ini ia dan warga lainnya yang ada di Jorong Sumbarang Aie sangat membutuhkan air bersih yang sampai saat ini masih sulit untuk didapatkan.

"Untuk air bersih kami menjemputnya sejauh kurang lebih satu kilometer dan itupun tidak banyak yang tersedia. Karena air di sungai ini masih keruh dan bercampur dengan jenazah juga," katanya.

Menurutnya, bahkan untuk mandi dirinya terkadang hanya mandi sekali dalam 2 hari, mengingat kurangnya air bersih yang tersedia di lokasi tersebut.

Editorial Team