Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Petani karet di Sumsel saat tengah menyadap karet (IDN Times/Rangga Erfizal)
Petani karet di Sumsel saat tengah menyadap karet (IDN Times/Rangga Erfizal)

Intinya sih...

  • Kesenjangan upah gender di Indonesia masih terjadi, dengan buruh perempuan di Sumsel menerima gaji Rp730 ribu lebih rendah dari buruh laki-laki.
  • Ketua Apindo Sumsel menyebut bahwa kesenjangan ini menjadi masalah global, dengan faktor pendidikan, tenaga, dan kompetensi mempengaruhi upah kerja buruh perempuan.
  • Data BPS menunjukkan jumlah pekerja di Sumsel didominasi oleh buruh laki-laki dengan persentase 67,36% dan tingkat pendidikan terbanyak adalah SMA sebesar 41,82%.

Palembang, IDN Times - Kondisi ketenagakerjaan di Indonesia hingga hari ini masih terjebak dalam gender pay gap atau kesenjangan upah berbasis gender. Kesenjangan itu menambah luas dampak ketimpangan pengupahan bukan hanya antar sektor dan wilayah juga ketimpangan gaji terjadi antargender.

Berdasar data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel terbaru, upah atau gaji dari buruh perempuan lebih rendah Rp730 ribu dibanding buruh laki-laki. Buruh perempuan menerima rata-rata Rp2,39 juta per bulan sedangkan untuk laki-laki lebih tinggi hingga Rp3,12 juta.

"Indonesia termasuk negara yang lambat mengejar kesetaraan termasuk dalam soal upah," ungkap Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumsel, Sumarjono Saragih, kepada IDN Times, Rabu (14/5/2025).

1. Apindo Sumsel akui buruh perempuan terima upah lebih sedikit

Buruh Sumsel aksi di Kantor DPRD provinsi peringatan May Day (IDN Times Feny Maulia Agustin)

Sumarjono mengungkapkan, masalah kesenjangan upah gender merupakan permasalahan global dan kronis dalam dunia kerja.

"Kesenjangan ini jadi masalah global. Perempuan masih menerima upah sekitar 16-20 persen lebih rendah dibandingkan laki-laki untuk pekerjaan yang sama," ungkap dia.

2. Upah murah buruh perempuan dipengaruhi banyak faktor

Ilustrasi Buruh Wanita (sumber: Grok AI Image)

Dirinya menjelaskan, banyak faktor yang dapat mempengaruhi upah kerja buruh perempuan lebih rendah dari laki-laki. Beberapa faktor antara lain berkaitan dengan pendidikan, tenaga, dan kompetensi yang ada.

"Di Indonesia, kesenjangan ini menjadi semakin kompleks karena dipengaruhi oleh faktor sosial budaya dan kelemahan dalam legislasi (peraturan negara) ketenagakerjaan," jelas dia.

Berdasarkan data BPS, jumlah pekerja mencapai 1,57 juta jiwa dengan dominasi buruh laki-laki mencapai 67,36 persen sedangkan perempuan sebanyak 32,64 persen. Para pekerja di Sumsel didominasi oleh mereka yang bekerja di sektor perkebunan, pertanian, peternakan, hingga kehutanan sebesar 19,68 persen.

Lalu diposisi kedua bekerja di bidang jasa, pendidikan, dengan persentase 13 persen. Terakhir perdagangan pasar dan eceran dengan persentase 12,98 persen.

Adapun untuk tingkat pendidikan buruh di Sumsel didominasi oleh mereka yang tamatan SMA sebesar 41,82 persen, disusul tamatan perguruan tinggi 23,81 persen, SD 21,57 persen dan SMP 12,8 persen.

3. Sektor perkebunan di Sumsel paling banyak mendapat sorotan

Massa AKBAR Sumut membawa replika kepala babi dalam peringatan Hari Buruh di Kota Medan, Kamis (1/5/2025). (IDN Times/Prayugo Utomo)

Dirinya tak menampik permasalahan kesenjangan upah yang ada menyelimuti permasalahan ketimpangan dalam dunia kerja. Apindo Sumsel mencatat, selama ini sektor perkebunan Sumsel menjadi salah satu yang menjadi sorotan dalam aspek kesetaraan gender.

"Apindo bersama Gapki Sumsel menyadari hal ini, kita juga aktif dalam memperjuangkan kesetaraan dan perlindungan pekerja perempuan dalam ragam aspek. Menghindari kekerasan, kesempatan yang sama dan tanpa diskriminasi di tempat kerja, termasuk soal gaji," jelas dia.

Salah satu instrumen yang diperkenalkan adalah pembentukan Komite Gender, yang dibentuk mulai dari tingkat tempat kerja hingga ke kantor direksi. Seluruh pengurus komite ini adalah perempuan dengan tujuan menghapus sekat-sekat ketimpangan yang ada.

"Pendekatan ini dilakukan agar suara, keluhan, dan kebutuhan pekerja perempuan dapat lebih didengar dan direspons dengan serius oleh manajemen perusahaan," jelas dia.

Editorial Team