Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Tampak pelaku pelecehan seksual terhadap siswa. (Facebook: Mee Emee)
Tampak pelaku pelecehan seksual terhadap siswa. (Facebook: Mee Emee)

Intinya sih...

  • Keponakan guru SMP mengungkap dilecehkan sejak 2017

  • Postingan korban banjir komentar empati dan dukungan

  • Dugaan pelecehan di sekolah terjadi saat hari besar Islam

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Lubuk Linggau, IDN Times - Dunia pendidikan kembali tercoreng dengan aksi tak pantas dari seorang guru SMP di Lubuk Linggau. Guru Bimbingan Konseling berinisial A yang berstatus ASN tersebut bukannya menjadi wadah konsul siswa, malah melakukan pelecehan seksual dan membuat korban trauma.

Perbuatan bejat pelaku terungkap dari postingan viral di media sosial. Bahkan Inspektorat Lubuk Linggau turun langsung ke sekolah guna mengusut kasus ini.

Fakta lain terkuak, ternyata bukan hanya siswa sekolah tersebut yang menjadi korban. Sebuah akun Facebook dengan nama Mee Emee mengunggah tulisan postingan yang juga menjadi korban dari kebiadaban pelaku. Mirisnya, dalam tulisan tersebut korban merupakan keponakan pelaku.

1. Keponakan pelaku sebut dilecehkan sejak tahun 2017

Postingan akun Mee Emee yang diduga korban pelecehan seksual guru SMPN 1 Lubuk Linggau. (Facebook: Mee Emee)

Berikut korban speak up melalui postingan akun Facebook Mee Emee:

Bismillahh, Allahu akbar Allahu akbar.

Hati masih bergetar dan terasa panas sesak. Allah sudah menjawab segala doa yang telah aku doakan selama ini.

Allahu akbar

Aku, kali ini memberanikan diri untuk speak up.

Aku adalah korban pelec3han dari oom aku sendiri. Tidak lain tidak bukan, ia adalah guru bk di salah satu SMP di Lubuk Linggau sumatra Selatan.

Dari 2017 aku tinggal dengan mereka dikarenakan ada suatu masalah dengan orang tua angkat.

Jadi, ibunya inisiatif untuk menyarankan tinggal dengan mereka. Aku bahagia, Tapi trauma. Dari 2017 sampai dengan 2020

Aku mengalami tindak kekerasan seksual. Yang mana itu adalah pengalaman pertama yang paling buruk membekas di ingatan ku sampai saat ini. Hampir setiap malam, aku menerima itu semua.

Aku pendam itu, dikarenakan aku takut untuk di usir. Saat itu usia ku masih menginjak 14 tahun. Biadabnya manusia memanfaatkan kelemahan ku.

Ia lulusan kampus dengan backgroundnya yang alim dan agamis. 5 waktu sholat tepat waktu, aku diancam jika mengadu. Dan aku takut saat itu, tidak ada yang bisa mendukung aku.

Setiap hari, aku harus menerima perlakuan bejat manusia kelakuan iblis. Jika ditanya, pakaian ku.

Aku tidak pernah memakai pakaian yang tidak sopan sedikitpun. Aku tinggal dengan orang juga tau diri. Bukan fisik yang lelah, batin ku seolah dicambuk bertubi tubi.

Kejadian itu selalu dilakukan, setiap tengah malam. Antara jam 2 sampai mendekati waktu subuh.

Wallahi. Doaku saat ini di jawab oleh Allah. Mungkin setelah ini aku bakal ungkap dengan keluarga besar ku.

Aku salah, tidak speak up dari awal sampai memakan para korban lainnya.

Ketahuilah, tidak mudah untuk aku mengutarakan hal ini. Aku harap tulisan aku kali ini dapat di lihat oleh si bejat itu dan keluarga besarnya yang egois menyuruhku untuk sabar.

#amalalampraguna

Mohon untuk tidak memojokkan serta menghakimi ku atas apa yang telah terjadi.

INI BUKAN AIB!!!!!

Aku mulai detik ini berusaha untuk berani mengambil keputusan.

Walau jika di ingat lagi trauma itu, aku akan bersuara jika aku diperlukan menjadi saksi serta korban.

2. Postingan korban banjir komentar empati dan dukungan

Postingan akun Mee Emee yang diduga korban pelecehan seksual guru SMPN 1 Lubuk Linggau. (Facebook: Mee Emee)

Postingan tersebut lantas menuai kecamatan warganet terhadap pelaku. Ratusan komentar membanjiri unggahan Mee Emee dengan kalimat empati dan menguatkan korban. Banyak juga yang memuji akun tersebut karena sudah berani speek up dan tegar memendam kasus yang dialaminya selama ini.

'Thanks udah berani speak up, hope you recover soon & stay strong,' tulis akun Arya Dimas Setiawan.

'Aku sedih dengernya, nggak kebayang seberapa berat yang kamu lalui. Kamu hebat banget bisa speak up, itu butuh keberanian besar. Tolong percaya kalau kamu nggak sendirian dan kamu berhak sepenuhnya merasa aman, dihargai, dan dicintai. Aku doain kamu segera nemuin ketenangan dan dikelilingi orang-orang yang tulus jagain kamu,' ucap akun Shreya Mel.

Menanggapi banjiran dukungan terhadapnya, korban pun membalas dengan postingan 'Aku minta maaf pagi pagi udah bikin kalian emosi.

Makasih juga udah luangkan waktu serta bagikan postingan aku.

Semoga kebaikan kalian juga terbalaskan. Dan tolong jangan spam chat tanya gimana perlakuan dia.

Aku gaperlu bahas itu untuk sekarang, jadi tolong hargai ya

Sayang kalian'

3. Dugaan pelecehan di sekolah terjadi saat hari besar Islam

Postingan viral terkait pelecehan seksual oleh guru SMPN 1 Lubuk Linggau. (Instagram: berita_lubuklinggau)

Sementara itu, Erna salah satu orang tua dari siswi berinisial P yang menjadi korban pelecehan, mendatangi SMPN 1 Lubuk Linggau didampingi keluarga untuk meminta klarifikasi dan keadilan. Mereka mempertanyakan kronologi kejadian dan tindakan sekolah terkait kasus ini.

Erna mengungkapkan, ia mengetahui peristiwa pelecehan tersebut setelah melihat foto anaknya yang tersebar viral melalui WhatsApp dan Facebook.

“Langsung saya tanya dalam kamar, dia diam, semenjak itu anak saya ketakutan,” ujarnya.

Setelah mendapat dukungan dari ayah korban, P akhirnya mengakui bahwa foto yang tersebar itu adalah dirinya. Erna menambahkan, bila peristiwa dugaan pelecehan terjadi saat hari besar Islam, yakni pada tanggal 6 September 2025 saat Maulid Nabi, ketika sekolah sedang tidak ada aktivitas belajar mengajar.

Erna juga menyatakan kekecewaannya terhadap pihak sekolah yang dinilai sudah mengetahui peristiwa ini sejak awal namun tidak segera menindaklanjuti secara serius.

“Kami dapat kabar sekolah sudah tahu, tapi kenapa dibiarkan seperti ini. Kami merasa terpukul dan kecewa, karena selama ini kami mempercayakan pendidikan anak kepada SMPN 1 Lubuklm Linggau yang dianggap sebagai sekolah terbaik,” keluhnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team