Festival Bidar Palembang (Dok. Kominfo Palembang)
Diketahui, sejumlah personel gabungan telah dikerahkan untuk menjaga sekitar Sungai Musi saat festival bidar berlangsung, agar tidak dipenuhi penonton yang melihat di atas kapal atau perahu lainnya. Namun fakta di lapangan, petugas belum mampu mengatasi maksimal keberadaan masyarakat umum di sungai.
"Jalur lomba dijaga ketat TNI AL saat perahu bidar melaju dari garis awal menuju Jembatan Ampera. Tapi, puluhan perahu penonton tetap mengekor di belakang pemain dan mempengaruhi ombak. Jika ketek berjalan, menimbulkan ombak, dan menahan laju perahu. Sehingga bidar tidak dapat melaju dengan maksimal," kata dia.
Jaka mengaku, bukan hanya soal keramaian penonton di lajur perairan, terkait hadiah bagi pemenang pun jadi salah satu kondisi yang dibahas para peserta lomba bidar. Kata dia, nominal yang didapatkan belum setimpal dan masih minim jika dibandingkan kebutuhan perawatan perahu bidar untuk lomba.
Jaka merupakan bagian peserta dari tim bidar yang menang. Jaka dan kawan-kawan meraih juara 1 festival tahun ini. Dia dan rekan membawa nama Dinas Perhubungan (Dishub) Palembang. Tatang dan timnya berhasil mendapat uang pembinaan Rp20 juta.
"Yang pasti kurang (nominal hadiah), satu tim bidar diisi sampai 57 orang. Ditambah kayunya mahal sekali. Untuk 10 meter kurang lebih 8 sampai 9 juta. Tahun depan harapannya bisa lebih dari 20 juta untuk bantu pemeliharaan perahu,"jelasnya.
Uang pemenang juara satu, kata dia, ada sebagian dialokasikan untuk persiapan lomba tahun depan. "Uangnya akan kami gunakan untuk bagi-bagi ke pendayung, service bidar lagi, service rumahan (bidar) lagi. Selain itu juga beli kayu untuk bisa perawatan bidar lagi," kata dia lebih lanjut.