Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Festival Bidar Palembang (Dok. Kominfo Palembang)
Festival Bidar Palembang (Dok. Kominfo Palembang)

Intinya sih...

  • Pemenang bidar Palembang mengeluhkan ketidaksterilan lajur sungai dan hadiah lomba yang minim.

  • Kendala penonton di lajur perairan mempengaruhi jalannya perlombaan, sementara hadiah lomba dinilai tidak setimpal dengan biaya perawatan perahu.

  • Kemenangan tim bidar bukan hasil instan, melainkan hasil latihan konsisten selama 1,5-2 bulan sebelum festival berlangsung. Tim terdiri dari pendayung non-profesional.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Euforia festival bidar di Sungai Musi Palembang saat momen kemerdekaan dan HUT ke-80 RI telah usai. Namun bagi peserta acara tersebut, masih banyak kekurangan dan evaluasi yang perlu dibenahi, terutama dari sisi ketertiban jalan pertandingan oleh Pemerintah Kota (Pemkot).

Menurut Encik M Alaudin alias Jaka, salah satu peserta festival bidar sekaligus pemenang event itu, Pemkot Palembang harus mengoptimalkan lajur sungai agar steril dan tidak mengganggu jalan perlombaan. Bahkan katanya, besar harapan pemenang untuk mendapatkan hadiah lomba yang setimpal.

1. Perahu penonton jadi kendala utama peserta bidar di Sungai Musi

Festival Bidar Palembang (Dok. Kominfo Palembang)

Dia mengeluhkan, masih ada kendala saat festival berlangsung. Padahal, seharusnya lajur sungai sebagai area perlombaan harus benar-benar steril atau bebas dari masyarakat umum yang tak berkepentingan.

Dalam arti, sebagai penonton yang seharusnya bisa lebih teratur dan tertata, sehingga tidak mengganggu kegiatan di atas permukaan Sungai Musi.

"Kendalanya yang pasti (perahu) penonton. Dari tahun lalu, panitia sudah berusaha semaksimal mungkin namun di lapangan terlihat warga masih menggunakan perahu ketek, speedboat, maupun tongkang," katanya dikonfirmasi, Minggu (18/8/2025).

Jaka menyampaikan, meski lajur sungai belum steril optimal, dibandingkan tahun lalu area festival lebih teratur 2025. Tetapi lanjutnya, persoalan penonton yang berada di kawasan perlombaan, memang jadi momok besar bagi dirinya dan tim bidar lain.

"Tahun lalu lebih crowded mengingat kami tertabrak perahu. Untuk tahun ini lebih stabil dan dapat dikendalikan oleh panitia," ujar Jaka.

2. Harap hadiah lebih besar karena perawatan bidar mahal

Festival Bidar Palembang (Dok. Kominfo Palembang)

Diketahui, sejumlah personel gabungan telah dikerahkan untuk menjaga sekitar Sungai Musi saat festival bidar berlangsung, agar tidak dipenuhi penonton yang melihat di atas kapal atau perahu lainnya. Namun fakta di lapangan, petugas belum mampu mengatasi maksimal keberadaan masyarakat umum di sungai.

"Jalur lomba dijaga ketat TNI AL saat perahu bidar melaju dari garis awal menuju Jembatan Ampera. Tapi, puluhan perahu penonton tetap mengekor di belakang pemain dan mempengaruhi ombak. Jika ketek berjalan, menimbulkan ombak, dan menahan laju perahu. Sehingga bidar tidak dapat melaju dengan maksimal," kata dia.

Jaka mengaku, bukan hanya soal keramaian penonton di lajur perairan, terkait hadiah bagi pemenang pun jadi salah satu kondisi yang dibahas para peserta lomba bidar. Kata dia, nominal yang didapatkan belum setimpal dan masih minim jika dibandingkan kebutuhan perawatan perahu bidar untuk lomba.

Jaka merupakan bagian peserta dari tim bidar yang menang. Jaka dan kawan-kawan meraih juara 1 festival tahun ini. Dia dan rekan membawa nama Dinas Perhubungan (Dishub) Palembang. Tatang dan timnya berhasil mendapat uang pembinaan Rp20 juta.

"Yang pasti kurang (nominal hadiah), satu tim bidar diisi sampai 57 orang. Ditambah kayunya mahal sekali. Untuk 10 meter kurang lebih 8 sampai 9 juta. Tahun depan harapannya bisa lebih dari 20 juta untuk bantu pemeliharaan perahu,"jelasnya.

Uang pemenang juara satu, kata dia, ada sebagian dialokasikan untuk persiapan lomba tahun depan. "Uangnya akan kami gunakan untuk bagi-bagi ke pendayung, service bidar lagi, service rumahan (bidar) lagi. Selain itu juga beli kayu untuk bisa perawatan bidar lagi," kata dia lebih lanjut.

3. Tahun 2024 tim pemenang bidar 2025 didiskualifikasi akibat perahu penonton

Festival Bidar Palembang (Dok. Kominfo Palembang)

Menurut Jaka, kemenangan yang ia dan tim dapat bukan hasil instan. Mereka juara hasil latihan tim selama 1,5-2 bulan sebelum festival bidar berlangsung. Gelar kemenangan tahun ini karena keterampilan dan konsisten para anggota.

"Tim pendayung ini pendayung tradisional dan bukan atlet. Pendayung kami beragam asalnya. Ada yang dari Palembang seperti kampung kami 36 Ilir dan Keramasan serta Ogan Ilir," jelasnya.

Jaka menyebut, para anggota tim Dishub Palembang sehari-hari bukan seorang pedayung profesional. Mereka ada yang bekerja di sungai sebagai nelayan, penukang, peternak dan lainnya.

"Bukan profesional tapi sering menggunakan perahu, mereka bukan atlet," tegas dia.

Cerita Jaka, timnya yang bernama Tatang Putra Grup berhasil lepas dari bayang-bayang trauma insiden tahun lalu. Sebab saat 2024, perahu bidar Jaka tertabrak tongkang dan ketek penonton. Akibatnya, perahu mereka rusak dan tak dapat melanjutkan perjalanan.

Sudah meminta kebijakan panitia, namun mereka harus menelan pil pahit didiskualifikasi. Tahun ini, pria yang telah mengikuti perlombaan bidar sejak 2003 berhasil meraih juara 1 kembali setelah sebelumnya mencapai prestasi sama pada 2016.

Editorial Team