Palembang, IDN Times - Kasus stunting di Sumatra Selatan (Sumsel) menurun setiap tahunnya. Namun demikian, pemerintah tetap harus bekerja keras mengingat beberapa daerah masih ada kasusnya di atas 20 persen.
Sebagaimana diketahui, target nasional angka kasus stunting kurang dari 20 persen. Saat ini, tiga daerah di Sumsel angka stunting masih tinggi yaitu, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) 25,4 persen, Kabupaten Ogan Ilir sebanyak 24,9 persen dan Kabupaten Banyuasin 24,8 persen
Hal ini diungkapkan Seketaris Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) DPD Sumsel, Septa Clara Astiyah. Menurutnya, pemerintah bersama stakeholder harus bekerjasama menuntaskan stunting agar tidak mengalami peningkatan.
"Kalau dikatakan turun, ya menurun. Karena dari tahun 2018 ada di angka 24,8 persen, lalu tahun 2022 turun lagi 18,6 persen. Targetnya 2023 ini turun lagi sebanyak 13 persen," ujarnya dalam kegiatan Nutrifest 2023 yang digelar oleh Prodi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UNSRI di PIM, Sabtu (25/2/2023).
Sementara untuk kasus stunting di Palembang 2022 juga turun sebanyak 16,1 persen. Maka itu, pemerintah harus gencar sosialisasi dan upaya dini pencegahan stunting di tiga wilayah yang masih tinggi lainnya, seperti Banyuasin, Muratara dan Ogan Ilir.
"Protein hewani sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak dan mencegah stunting. Masyarakat juga bisa mendapatkan sumber protein yang murah meriah tersebut dengan mudah. Misalnya, untuk di daerah dekat aliran sungai bisa mengkonsumsi ikan. Jika jauh dari sungai, bisa didapat dari peternakan misalnya ayam," jelasnya.
Ketua PD Asosiasi Dietisien Indonesia (ASDI) Sumsel, Yenita mengungkapkan, masyarakat harus mengerti protein hewani ini sangat dibutuhkan agar anak tidak stunting. Artinya, mencegah dari awal lebih baik.
"Protein hewani ini mengandung asam amino esensial yang lengkap, mendukung untuk pertumbuhan pada anak. Pertambangan jaringan dan panjang tulang. Jadi ini suatu program dari pemerintah yang saat ini digencarkan," ungkapnya.
Pengurus PD Indonesia Sport Nutritionist Association (ISNA) Sumsel, Herviana Ferazuma menambahkan, aktivitas fisik juga perlu dilakukan dan sebagai pelengkap gizi seimbang. Karena saat ini, anak-anak kerap terpapar gadget sehingga minim aktivitas fisik.
"Orang tua harus memahami, bahwa anak-anak butuh gerak aktif guna merangsang kemampuan motorik mereka. Sempatkan dalam sehari sekitar 30 menit mereka bermain, seperti bermain bola dan tebak warna. Jadi bisa juga merangsang kemampuan sensorik mereka," bebernya.
Indah Yuliana selaku Seketaris Jurusan Gizi didampingi dosen pendamping, Ditia Fitri Arinda mengatakan, pihaknya sengaja mengusung tema stunting kali ini. Itu karena, tahun ini angka stunting masih tinggi dan masih menjadi kategori masalah yang harus ditangani dengan serius.
"Topik gizi nasional masih tentang stunting. Jadi, perencanaan kita praktikum mahasiswa pendidikan gizi ini sasarannya lebih pas di hari gizi Nasional ke-63. Maka itu tahun ini kita sosialisasi kepada masyarakat terutama anak-anak yang dikemas dengan agenda menarik. Seperti konseling gizi gratis, lomba mewarnai, bazar makanan sehat, dan talkshow gizi anak bersama para ahli," ujarnya.