ilustrasi pasien dirawat di rumah sakit (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Penularan HIV/AIDS dari darah yang terinfeksi memiliki empat faktor risiko utama. Pertama, virus harus keluar dalam bentuk darah dan virus itu harus dapat bertahan hidup di luar tubuh, karena jumlah virus yang ada memengaruhi kemungkinan terjadinya penularan.
"Ada potensi pintu masuk jika ada luka terbuka di tubuh yang terpapar darah yang terinfeksi," jelas Irma.
Lebih lanjut ia menerangkan, jika seseorang tidak sengaja terkena darah yang terkontaminasi HIV/AIDS dan tidak ada luka terbuka, risiko penularan tetap rendah. Penyakit ini sambung Irma, tidak mengenal batasan usia.
Beberapa tahun lalu, kasus HIV/AIDS di Sumsel banyak ditemukan pada usia sekitar 6 tahun dan penyebab paling sering karena tertular dari ibu yang terinfeksi. "Tapi berkat pengobatan serius, penularan bisa ditekan dengan lebih efektif," imbuhnya.
Bagi anak-anak terinfeksi HIV/AIDS kata dia, penanganan lebih lanjut harus dengan pemahaman tumbuh kembang anak, karena mereka belum mengerti sepenuhnya kondisi dihadapi. Sementara pendampingam untuk orang dewasa, dimotivasi lewat dukungan sosial.
"Ada sistem pendukung yang membantu mereka menjalani pengobatan. Dengan mengonsumsi obat secara teratur setiap hari, pasien dapat memperpanjang harapan hidup mereka dan hidup dengan kualitas lebih baik," jelas dia.