Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Infografis/Rini Novita Sari

Palembang, IDN Times - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 akan didominasi pemilih muda. Pemilih dengan rentang usia 17-40 tahun mendominasi hingga 60 persen atau sekitar 110 juta dari total pemilih. Pemilih muda bakal menjadi penentu masa depan bangsa.

Partisipasi anak muda dalam kontestasi politik juga diyakini meningkat; apakah mereka menjadi pemilih atau peserta pemilu lewat pencalonan sebagai calon legislatif (caleg).

Kaum muda sudah banyak yang melek politik. Bagi mereka yang menjadi pemilih, ingin menggunakan hak suaranya dalam menentukan masa depan bangsa. Namun banyak pula yang mencari peluang mengubah kondisi daerahnya dengan mencalonkan diri sebagai caleg.

Bak gayung bersambut, kondisi itu dimanfaatkan oleh partai politik. Mereka membuka pintu yang lebar bagi caleg muda untuk maju demi menembus target kursi di legislatif.

1. Miris angkatan muda lulusan SMA di daerah kampus ternama

Universitas Sriwijaya (aldebaranspaca.home.blog)

Universitas Sriwijaya (Unsri) pindah ke Kabupaten Ogan Ilir (OI) pada 1997. Sejak saat itu pula, Ogan Ilir dipenuhi oleh mahasiswa dari berbagai daerah. OI yang sebelumnya sekadar menjadi tempat perlintasan, mendadak ramai oleh orang-orang yang ingin tinggal untuk mengemban ilmu.

Sayangnya, keberadaan Unsri sebagai kampus negeri terluas di Indonesia tak mampu menstimulasi warga OI, khususnya remaja tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA), melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Kondisi itu mendorong Melly Puspita, mantan jurnalis yang tinggal di OI menjadi caleg. Melly bertekad mengubah kondisi menyedihkan itu melalui kuasanya ketika menjadi anggota dewan nanti.

"Sekelas kabupaten ini, masih agak jarang yang namanya sarjana-sarjana perguruan tinggi. Rata-rata pendidikan masyarakat hanya sebatas SMA. Kita ingin kualitas SDM di Ogan Ilir terus berkembang," jelas dia.

Menyangkut pendidikan, kader Partai Gerindra mencatat angkatan muda di OI memang memiliki rata-rata pendidikan tamatan SMA. Dirinya akan mendorong pemerintah untuk menaikan taraf pendidikan masyarakat lewat beasiswa.

Peningkatan atau pengembangan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM) juga menjadi perhatian Chairil Hudha, seorang caleg Kota Medan Dapil 5 yang diusung dari Partai Demokrat.

Sama halnya dengan Melly, mantan jurnalis Harian Sumut Pos sejak 2006 ini cukup memahami permasalahan yang terjadi di Kota Medan. Menurutnya, ada hal yang belum tuntas khususnya dengan menyalurkan aspirasi tersebut. Chairil menjelaskan, hal pertama yang harus ada dan dilakukan adalah pemberdayaan manusia harus disiarkan oleh pemerintah. 

“Ada ide yang kubawa agar program kota, khususnya yang dikelola oleh Pemko Medan bekerja sama DPRD Medan, bisa single on khususnya dalam pemberdayaan masyarakat. Pembangunan manusia jauh lebih penting dibanding infrastruktur,” jelas Chairil.

2. Uang bukan sebagai logistik utama

Editorial Team

Tonton lebih seru di