Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Para personel Band Hutan Tropis (Instagram: Hutan Tropis)
Para personel Band Hutan Tropis (Instagram: Hutan Tropis)

Intinya sih...

  • Band Hutan Tropis menyuarakan isu lingkungan Sumatra Selatan melalui lagu kritik sosial.
  • Vokalis, Jemmie Delvian, memulai proses kreatif bermusik sejak kecil dengan tujuan menyuarakan keresahan hati.
  • Lirik-lirik lagu yang dikeluarkan band menggambarkan kondisi nyata dan bertujuan membangun kesadaran mengenai dampak buruk dari kerusakan lingkungan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Kritik sosial lewat lagu menjadi cara Band Hutan Tropis dalam menyuarakan isu lingkungan kepada masyarakat luas mengenai kondisi Sumatra Selatan. Lirik lagunya sebagian besar merupakan gambaran kondisi Sumsel; mulai dari maraknya tambang, pembabatan hutan, hingga perusakan cagar budaya menjadi konsen mereka dalam menyuarakan kepedulian terhadap lingkungan.

Sang vokalis kepada IDN Times, Jemmie Delvian menyebutkan, proses kreatif Hutan Tropis dalam bermusik diawali oleh keresahan hati para personelnya. Hutan Tropis melihat beragam kerusakan lingkungan dipertontonkan di sekitar mereka, sehingga muncul semangat membawa isu ini menjadi kampanye agar masyarakat luas lebih sadar mengenai dampak kerusakan lingkungan.

"Sumatra Selatan ini menjadi tempat yang marak bagi eksploitasi alam. Kondisi ini yang membuat kami resah. Kondisi eksploitasi lingkungan tersebut marak terjadi pascareformasi dimana banyak illegal logging utamanya wilayah Hulu Sumsel. Setelah illegal logging muncul juga tambang yang kian marak," ungkap Jemmie Delvian yang akrab disapa Jimi, Jumat (28/2/2025).

1. Isu lingkungan menjadi keresahan hati personel Hutan Tropis

Para personel Band Hutan Tropis (Instagram: Hutan Tropis)

Jemmie menjelaskan, proses kreatif dalam bermusik sudah dilakukan dirinya sejak kecil. Bermusik menjadi cara dirinya untuk menyuarakan keresahan hati, hingga akhirnya membentuk band medio 2011-2012.

"Saya memilih bermusik untuk menyuarakan apa yang ingin disuarakan. Musik yang dipilih pun memang isinya sebagai kampanye tentang lingkungan, makanya dipilih namanya Hutan Tropis," jelas dia.

Saat itu, dirinya menjadikan Hutan Tropis sebagai projek musik personal. Awalnya dirinya membawakan lagu-lagu bertemakan kritik sosial dan lingkungan dengan mengcover lagu-lagu dari musisi ibu kota seperti Iwan Fals hingga Slank. Dirinya baru memulai proses kreatif membuat lagu pada tahun 2015 dan merilis album pada 2018 silam.

"Saya prihatin dengan kondisi yang terjadi di Hulu Sumsel di kawasan Bukit Barisan. Sebagai orang yang lahir di sekitar Gunung Dempo, saya merasa prihatin dengan kondisi pembalakan liar yang semakin masif. Hal ini menumbuhkan kegelisahan yang mana semakin ke sini semakin rusak." jelas dia.

2. Lihat kerusakan lingkungan dari kacamata yang dekat dengan masyarakat

Para personel Band Hutan Tropis (Instagram: Hutan Tropis)

Dirinya pun merasa kerusakan lingkungan mulai berdampak pada dirinya saat menyaksikan jalanan lintas Sumatra di Sumsel mulai dipenuhi oleh kendaraan yang mengangkut hasil tambang.

"Kondisi inilah yang membuat saya semakin gelisah. Setelah marak pembalakan liar, makin kesini kok muncul pertambangan yang juga akhirnya membuat saya sumpek menyaksikan hal itu. Setiap akan pulang kampung terpaksa mengalah melihat kendaraan tambang di sepanjang jalan," jelas dia.

Jemmie mengatakan, lirik-lirik lagu yang dikeluarkan Hutan Tropis kebanyakan adalah buatannya. Liriknya pun menggambarkan kondisi yang nyata dirasakan masyarakat dengan tujuan kritik dan membangun kesadaran mengenai dampak buruk dari kerusakan lingkungan.

"Sebagai band yang konsen dengan isu lingkungan lirik-lirik lagu yang tercipta merupakan penggambaran untuk mengajak orang peduli terhadap lingkungan. Liriknya bukan yang verbal menghujat tapi memang murni mengkampanyekan isu lingkungan di Sumsel," jelas dia.

3. Isu lingkungan mendapat sambutan anak muda

Para personel Band Hutan Tropis (Instagram: Hutan Tropis)

Dalam mengkampanyekan isu lingkungan, Jemmie mengatakan bahwa banyak pendengarnya adalah anak muda dengan rentang usia 18-32 tahun. Dengan mengetahui target pendengar tersebut, Jemmie dan kawan-kawan memiliki acuan dalam mengkampanyekan isu lingkungan agar diterima anak muda.

"Berdasar analisis dari platform digital streaming memang banyak anak muda yang menjadi pendengar kami," jelas dia.

Saat ini isu lingkungan sudah menjadi isu yang terbuka. Tema ini sejalan dengan kondisi dunia musik yang perlahan-lahan terbuka dengan isu lain di luar cinta dan menggandeng isu yang lebih luas yakni, isu humaniora dan sosial.

"Isu ini semakin meriah dalam konteks, lirik lagu, musikalitas dimana musik sekarang yang sedang populer tidak hanya soal cinta lagi," jelas dia.

4. Bangun kesadaran kolektif soal lingkungan hidup

Band Hutan Tropis (Instagram: Hutan Tropis)

Kesadaran akan isu lingkungan ini menurutnya harus dibangun secara kolektif tidak hanya disuarakan oleh musisi saja. Kerja kolektif ini juga dibangun bersama teman-teman dari Non Goverment Organization (NGO), aktivis, hingga seniman lainnya yang peduli terhadap lingkungan.

"Kerja-kerja dalam menyuarakan isu lingkungan ini sekarang lebih efektif dimana banyak entitas yang terlibat. Menurut saya ini pekerjaan ini semakin efektif dan menyenangkan karena bukan hanya dikerjakan satu orang saja melainkan kerja sama dalam menumbuhkan kesadaran. Industri pun mendukung sehingga kerja menyuarakan isu sosial dan lingkungan menjadi konsen bersama," jelas dia.

Menurutnya, isu lingkungan melalui musik memiliki spektrum tersendiri yang bisa menjadi bagian dari kampanye tentang kondisi sosial yang ada. Dirinya pun kerap bekerja sama dengan beragam aktivitas aktivisme dalam menyuarakan isu yang ada.

"Saya melihat bagaimana kampanye soal lingkungan yang dibawa oleh teman-teman aktivis memiliki irisan yang sama dengan perjuangan yang kami lakukan," jelas dia.

Kini Band Hutan Tropis terus melakukan proses kreatif dengan mengeluarkan lagu-lagu terbarunya dengan isu yang sama. Dirinya berharap, mereka dapat terus produktif dalam mengeluarkan karya agar semakin banyak orang yang akhirnya sadar dan bergerak bersama.

"Dalam bermusik kita juga bekerja sama dengan kawan-kawan dari beberapa band asal Palembang. Dari kerja sama ini muncul dialetika membawa proses kreatif bagi kami dalam bermusik," ungkap dia.

Editorial Team