Ilustrasi peternak (ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid)
Selama pandemik, Ismaidi yang membawahi peternak ayam di Sumsel mengaku sempat mengalami penurunan harga ayam Rp11.000 di kandang, dan Rp17.000 di pasar. Kondisi itu membuat peternak harus memutar otak menutupi kerugian pakan.
Banjirnya pasokan ayam pula tidak sebanding dengan permintaan di pasaran. Jika pemerintah tidak mengambil kebijakan pemangkasan, pihaknya sudah tidak tahu harus bagaimana.
"Pandemik membuat peternak alami kerugian dan terancam tutup. Jika peternak tutup, logikanya ayam tidak ada di pasaran. Bisa membuat harga tidak akan terjangkau," jelas dia.
Dirinya menjelaskan, peternak ayam berbeda dengan peternak ayam petelur. Ia menyebut, peternak telur umumnya murni pengusaha yang memiliki modal. Sedangkan peternak ayam boiler adalah mitra yang hanya memproduksi 3.000 sampai 5.000 ekor ayam.
"Selama ini baru ada bantuan untuk peternak ayam petelur. Sedangkan ayam boiler belum. Kami harap nantinya ada bantuan dari pemerintah untuk mengatasinya," jelas dia.