Gagal Jadi Paskibraka di Istana, I Nyoman Kini Bisa Bersyukur

Palembang, IDN Times - Siswa SMA Negeri 1 Belitang, Sumatra Selatan (Sumsel), I Nyoman Ananta Sumanta, sempat menelan pil pahit karena gagal berangkat ke Jakarta menjadi Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) di Istana Merdeka.
Walau batal berada di Gedung Jalan Medan Merdeka Utara, putra pasangan Nyoman Suate dan Komang Puspayani ini mengaku ikhlas dan mengambil hikmah dari semua kegagalannya. Ia mengaku legowo dan bersyukur masih bisa menjadi Paskibra tingkat provinsi.
"Kecewa ada tapi bersyukur di sini saya bisa jadi pasukan inti, jadi penggerek. Kalau di Jakarta belum tentu (pasukan inti)," kata siswa berusia 16 tahun itu ketika ditemui IDN Times, Selasa (17/8/2021).
1. I Nyoman gagal berangkat karena sempat positif COVID-19

Nyoman menceritakan, kegagalan dirinya berangkat ke ibu kota lantaran dinyatakan positif COVID-19 dari hasil swab PCR saat seleksi pemilihan Paskibraka nasional. Posisinya pun digantikan Farhan Susilo dari SMA Negeri 17 Palembang.
"Jadi pada 23 Juli saya tes PCR hasilnya 25 Juli positif. Saya isoman sampai 27 Juli dan usap ulang lagi hasilnya negatif. Saya kira bisa berangkat (Jakarta) ternyata sudah ada pengganti. Padahal pada 30 Juli baru latihan di sana," ungkapnya.
2. I Nyoman bersyukur karena masih bisa menjadi Paskibra Sumsel

Walau gagal berada di Istana Merdeka, Nyoman tak ingin larut dalam kekecewaan, putra asal Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) itu tetap bersemangat karena dukungan keluarga dan teman-teman.
"Perasaan saya sekarang bersyukur sekali masih bisa jadi pasukan di sini (Griya Agung). Kemarin sangat kecewa karena cuma kerikil kecil jadi terjatuh. Harapan saya kejadian seperti ini tak lagi terulang," timpal dia.
3. Dispora Sumsel jelaskan pergantian I Nyoman karena protokoler yang ketat

Sementara menurut Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Sumsel, Yusuf Wibowo, keputusan menggantikan I Nyoman Ananta Sumanta karena alasan protokoler panitia Paskibraka sangat ketat. Apalagi aturan dari kebijakan di Istana Negara sangat disiplin.
"Ketat sekali aturan protokolernya. Jadi di saat terakhir sebelum keberangkatan, kami harus mengirimkan surat penggantian delegasi ke Kemenpora dengan segera," tandas dia.