Palembang, IDN Times - Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) tetap berlangsung sesuai jadwal Tahun Ajaran Baru 2020/2021, Senin (13/7/2020). Meski Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) hanya memberi lampu hijau bagi sekolah di Zona Hijau yang menerima siswa datang ke sekolah, namun tak sedikit penyelenggara pendidikan di beberapa daerah mengharuskan siswa baru mereka datang.
Mau tak mau, siswa dan orangtua harus mengikuti aturan sekolah yang meminta datang saat MPLS dengan protokol kesehatan COVID-19: face shield, masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Bagi orangtua, mengantarkan anak ke sekolah seperti dilema. Bukan karena tak percaya dengan penerapan protokol sekolah, tapi keberadaan dan di mana virus berukuran 125 nanometer itu menempel tak ada satupun yang tahu.
"Sudah hampir empat bulan ini tak pernah keluar rumah. Kalaupun harus jalan cukup di dalam mobil saja. Tiba-tiba disuruh datang ke sekolah untuk MPLS. Walaupun harus dengan proteksi segala macam, saya pikir rasa khawatir terhadap anak adalah hal wajar. Tenaga medis saja masih bisa kena, kan?" ungkap Defyarini, orangtua siswa di sebuah Sekolah Dasar (SD) swasta di Palembang, Minggu (19/7/2020).
Jika Defyarini mengungkap rasa khawatir, berbeda dengan anaknya Balqis Anaurah. Datang ke sekolah menjadi momen yang ia tunggu-tunggu sejak lama. Seragam sekolah sudah dikenakannya sedari subuh, lengkap dengan pelindung diri semisal face shield, masker, dan hand sanitizer.
"Setelah mendaftar beberapa bulan sebelumnya, Balqis gak berhenti bertanya kapan masuk sekolah. Padahal waktu itu sekolah saja belum tahu kapan bisa mulai aktivitas lagi. Kita kasih pengertian saja kondisi sekarang bagaimana," ungkap Defyarini warga Sukabangun II Palembang ini.
Menurutnya, sekolah meminta murid baru datang untuk mengenalkan lingkungan dan sistem belajar. Sebab pengenalan secara online agak sulit dipahami orangtua siswa. Pihak sekolah juga ingin mengenal orangtua dan siswa yang bersekolah di tempat mereka secara langsung.
Ia mengatakan, penerapan protokol saat MPLS di sekolah memang cukup ketat. Jumlah keluarga yang mendampingi pun dibatasi, termasuk pembagian kloter sesuai waktu yang telah ditentukan.
Mulai dari gerbang sekolah, pihak keamanan mengukur dan mencatat suhu tubuh siswa maupun orangtua. Tak jauh dari lokasi parkir kendaraan disediakan tempat suci tangan yang dijaga beberapa guru, sebagai langkah pencegahan buat orangtua siswa yang tekak.
Tak butuh waktu lama, setelah masuk sekolah dan ruang kelas yang diisi pengenalan, mereka lantas dipersilakan pulang. Kurang dari 1,5 jam, momen yang ditunggu-tunggu Balqis lebih dari 1,5 bulan pun selesai.
Lalu bagaimana dengan siswa dan sekolah lain yang juga mengikuti MPLS? Seperti apa kesiapan sekolah menghadapi MPLS, dan cara mereka meredam kecemasan orangtua di tengah pandemik COVID-19?