Ekonom Unsri Sebut Frugal Living Bisa Pengaruhi Ekonomi Nasional

Intinya sih...
- Tren Frugal Living di kalangan Gen Z merupakan respons terhadap tantangan ekonomi global yang semakin berat.
- 48% Gen Z mencari tambahan penghasilan, 56% menerapkan Frugal Living, dan 51% menabung untuk mengelola penghasilan.
- Frugal Lifestyle dapat mempengaruhi penurunan konsumsi barang-barang konsumsi tidak esensial dan berpotensi memberikan dampak kompleks pada perekonomian makro.
Palembang, IDN Times - Tren Frugal Living di kalangan Generasi Z menjadi sebuah respons terhadap tantangan ekonomi global yang semakin berat. Di tengah inflasi yang tinggi dan stagnasi upah, membuat Gen Z menyadari pentingnya mengelola keuangan secara cerdas untuk mencapai stabilitas finansial jangka panjang.
Ekonom Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr Abdul Bashir menerangkan, tren ini menjadi pilihan bijak dalam pengelolaan keuangan dan sikap kesadaran menolak konsumerisme. Tren tersebut dinilai merupakan bagian jangka panjang dalam meraih kebebasan finansial untuk masa depan yang lebih aman.
"Sebenarnya tren Frugal Living ini jadi cara untuk bertahan hidup. Anak muda sekarang menyadari bahwa pola konsumsi tradisional tidak lagi berkelanjutan dan bahwa mereka perlu mengambil kendali atas keuangan. Saya kira ini solusi praktis menghadapi tantangan ekonomi saat ini dengan menekankan pengluaran yang bijaksana dan investasi cerdas," ungkap Abdul Bashir kepada IDN Times, Rabu (26/3/2025).
1. Kesadaran Gen Z tinggalkan pola konsumerisme tradisional
Tujuan jangka panjang yang diambil anak muda dengan membatasi pengeluaran memiliki tujuan membangun pondasi finansial. Berdasar hasil survei IDN Research Institute, ada tiga cara Gen Z dalam mengelola penghasilan. Pertama, 48 persen Gen Z memilih mencari tambahan penghasilan di tengah stagnasi penghasilan. Kedua 56 persen Gen Z memilih menerapkan Frugal Living dan ketiga menabung sebanyak 51 persen.
Mayoritas responden memilih mengadopsi frugal lifestyle untuk penghematan biaya. Bashir menilai angka ini berpotensi memberikan dampak yang signifikan terhadap pengeluaran konsumen yang berimplikasi dalam ekonomi nasional.
"Secara umum, tren ini dapat menyebabkan penurunan permintaan terhadap barang-barang konsumsi yang tidak esensial, seperti barang mewah, produk fashion bermerek, atau hiburan yang berlebihan," jelas dia.
2. Frugal Living pengaruhi ekonomi makro
Dirinya menilai, dampak perubahan pola gaya hidup ini akan mempengaruhi secara langsung penurunan permintaan di sektor industri yang bergantung pada konsumsi tinggi, seperti ritel, pariwisata, dan hiburan.
"Frugal Lifestyle ini berpotensi memberikan dampak yang kompleks terhadap perekonomian makro. Di satu sisi, penurunan konsumsi yang diakibatkan oleh gaya hidup ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi, terutama jika konsumsi domestik merupakan motor penggerak utama," jelas dia.
3. Pemerintah akan hadapi dilema Frugal Living
Melambatnya pertumbuhan ekonomi berdampak pada penurunan produksi, investasi, hingga lapangan pekerjaan. Selama ini pertumbuhan ekonomi berjalan beriringan dengan tingkat konsumsi masyarakat.
"Tren ini harus diwaspadai juga oleh pemerintah. Dalam jangka pendek, pemerintah perlu menerapkan kebijakan stimulus fiskal atau moneter untuk mendorong konsumsi dan investasi. Misalnya, dengan menurunkan suku bunga, meningkatkan belanja publik, atau memberikan insentif pajak untuk mendorong pengeluaran," jelas dia.
Bashir menilai apa bila pemerintah tidak memperhatikan kondisi ini, akan berdampak buruk pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang lantaran harus dihadapi pada kenyataan untuk menjaga stabilitas fiskal.
"Harus juga ada terobosan pemerintah dengan mengadopsi kebijakan yang mendorong investasi produktif, seperti investasi dalam infrastruktur, pendidikan, dan penelitian dan pengembangan, sambil menjaga disiplin fiskal dan mengendalikan inflasi," jelas dia.
4. Frugal living mendorong Gen Z jalani ekonomi berkelanjutan
Disisi Gen Z, gaya hidup baru ini berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan melalui peningkatan tabungan dan investasi. Tabungan yang lebih tinggi dapat menjadi dana segar dalam menumbuhkan investasi produktif, yang pada akhirnya dapat meningkatkan produktivitas dan inovasi.
"Frugal Lifestyle ini dapat memperkuat fundamental ekonomi dalam jangka panjang. Dengan tabungan yang lebih tinggi dapat meningkatkan ketersediaan dana investasi, yang pada gilirannya dapat mendorong efisiensi sumber daya dan mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan," jelas dia.
Kondisi ini juga pada akhirnya akan mendorong peningkatan permintaan terhadap produk dan layanan yang lebih terjangkau dan berkelanjutan, seperti produk lokal, sharing economy (layanan berbagi), atau peningkatan transportasi publik.
"Dengan gaya hidup seperti ini pada akhirnya meningkatkan ketersediaan dana investasi dalam perekonomian, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi jangka panjang," jelas dia.