Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
PSDKP tertibkan 17 unit kapal nelayan yang menggunakan pukat harimau. (Dokumentasi Pangkalan PSDKP Lampulo Banda Aceh untuk IDN Times)
Ilustrari penertiban nelayan pengguna pukat harimau. (Dokumentasi Pangkalan PSDKP Lampulo Banda Aceh untuk IDN Times)

Intinya sih...

  • Patroli TNI AL mencurigai aktivitas ilegal fishing dari kapal nelayan menggunakan pukat harimau.

  • Nelayan mencoba melarikan diri saat akan ditangkap

  • Tiga ABK positif menggunakan narkotika

Palembang, IDN Times - Sebuah peringatan dari pengeras suara menjadi kata-kata terakhir yang keluar dari KRI Sutedi Senoputra-378 atau KRI SSA-378. Patroli yang digelar TNI AL di Perairan Tenggara Tanjung Jabung mencurigai ada aktivitas ilegal fishing dari kapal nelayan.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Laut (Kadispenal) Laksamana Pertama TNI Tunggul menerangkan, pihaknya mencurigai adanya penggunaan pukat trawl atau pukat harimau yang dapat merusak biota laut. Kondisi tersebut akhirnya membuat tim patroli bergerak melakukan peringatan yang akhirnya tidak diindahkan oleh para nelayan.

"Usai kita tangkap dan berdasar pengakuan ABK menyatakan benar bahwasanya menggunakan pukat trawl atau pukat harimau," ungkap Tunggul dalam keterangan tertulis yang diterima IDN Times, Rabu (16/7/2025).

1. TNI AL berikan peringatan lewat pengeras suara

Kapal nelayan asal Sungsang Ditembak di perairan Banyuasin. (Dok. Istimewa)

Tunggul menjelaskan, peristiwa penangkapan terjadi Sabtu (12/7/2025) lalu sekitar pukul 12.45 WIB saat KRI Sutedi Senoputra melakukan patroli. Dalam patroli keamanan laut tersebut, tim mendeteksi ada tiga kapal mencurigakan yang bertambat di buritan kapal tongkang TK. Pasific Star 8615 bermuatan batu bara.

Para nelayan diduga menggunakan pukat harimau untuk menangkap ikan dengan cara bersembunyi di belakang tongkang batu bara. Kondisi ini membuat tim patroli memberikan peringatan agar para nelayan menyerahkan diri.

"Ada dua kapal motor (KM) Aqshal dan KM Aqshal 2 yang digunakan nelayan. Tim sempat memerintahkan keduanya untuk merapat ke KRI dengan menggunakan pengeras suara," jelas dia.

2. Nelayan mencoba melarikan diri saat akan ditangkap

Masyarakat di Sungsang Banyuasin. (Dok. Giwang Sumsel)

Peringatan yang diberikan oleh aparat TNI AL dinilai tak diindahkan oleh para nelayan. Pihaknya mengklaim KM Aqshal mencoba menambahkan kecepatan dengan mengarahkan haluan kapal untuk menabrak KRI Sutedi Senoputra.

"Tim melepaskan tembakan peringatan pertama menggunakan peluru hampa namun KM Aqshal tidak mengindahkan instruksi tersebut, sementara di saat bersamaan KM Aqshal 2 terus melarikan diri menuju daratan," jelas dia.

Situasi yang semakin mencekam saat para nelayan mencoba melarikan diri direspon oleh KRI untuk menurunkan tim Visit, Board, Search, and Seizure (VBSS) 1 untuk melakukan pengejaran, penangkapan dan penyelidikan.

"Saat akan dilakukan penangkapan terhadap KM Aqshal 2 tersebut, mereka justru mencoba menabrakan kapalnya ke tim VBSS," jelas dia.

3. Tiga ABK positif menggunakan narkotika

ilustrasi nelayan (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Tim VBSS tercatat mengeluarkan lima butir tembakan peluru karet ke arah KM Aqshal 2, namun KM Aqshal 2 yang berawakkan 5 ABK tetap menambah kecepatan ke arah daratan dengan kondisi satu orang terkena peluru karet. Kemudian, tim VBSS 2 laksanakan Jarkaplid terhadap kapal terdekat yaitu KM Aqshal dengan melepaskan 15 butir peluru karet.

"KM Aqshal berhasil diamankan dan dikawal merapat ke lambung kanan KRI, dengan kondisi ABK 4 personel dimana 3 ABK terkena peluru karet dan mengalami luka ringan. Saat dilaksanakan pemeriksaan dan penggeledahan terhadap KM Aqshal, ditemukan bekas obat-obatan yang telah terpakai diduga obat-obatan psikotropika," jelas dia.

Usai penangkapan terhadap ABK KM Aqshal kemudian kapal tersebut dikawal untuk dibawa ke Lanal Bangka Belitung guna proses hukum lebih lanjut. Berdasarkan hasil pemeriksaa, dari empat ABK, tiga diantaranya positif menggunakan narkoba.

"Selain positif narkoba dan menggunakan pukat trawl, para nelayan juga membawa kapal tanpa dokumen. Sejauh ini para nelayan yang sudah diamankan dirawat di Balai Kesehatan Lanan Babel," jelas dia.

4. HNSI Banyuasin belum ketahui ada penggunaan pukat harimau

Ilustrasi nelayan mencari ikan. (FOTO: IDN Times/ Agung Sedana)

Terkait insiden tersebut, Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Banyuasin, Indra Setiawan, menyatakan pihaknya belum mengetahui secara pasti latar belakang penangkapan. Ia mengaku tengah dalam perjalanan menuju Lanal Bangka untuk memastikan kondisi dan keberadaan nelayan yang diamankan.

"Saya sedang perjalanan menuju pangkalan AL di Bangka. Terkait penggunaan pukat harimau, saya belum tahu pasti. Kapasitas saya di sini ingin menyelamatkan nelayan itu dulu," jelas Indra.

Dirinya membenarkan bahwa ada tiga dari empat nelayan asal Sungsang yang ditangkap dan dibawa ke Lanal Babel mengalami luka ringan dalam proses penangkapan. Pihaknya baru mengetahui informasi keberadaan mereka setelah sebelumnya sempat menjalin komunikasi.

"Awalnya kami gak tahu nelayan kita ditangkap karena apa. Sekarang baru tahu posisi mereka. Kami ingin pastikan dulu kondisi mereka selamat," jelas dia.

Editorial Team