Kondisi warga yang tengah mengungsi Pengungsian di Jorong Kayu Pasak, Nagari Salareh Aie, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumbar, Kamis (4/12/2025). (IDN Times/Halbert Caniago)
Rilla masih mengingat jelas apa yang dialaminya pada pekan lalu saat air bah menghantam dua nagari yang ada di Kecamatan Palembayan tersebut. Saat itu, dirinya hendak menghadiri rapat di lokasi tahfidz untuk membahas beberapa hal dengan guru lainnya. Dirinya pun membawa anaknya yang berusia lima tahun dalam kesempatan tersebut.
Di tengah jalannya rapat, ia dan rekan-rekannya mendengar teriakan soal air besar yang sedang menuju tempat tersebut. Sejurus kemudian, Rilla mencoba lari keluar dari bangunan yang saat ini sudah luluh lantak.
"Saat saya lari, air langsung datang menghantam saya. Saya langsung memeluk anak saya. Kami sempat berjarak dan saya kembali memeluk anak saya," katanya.
Ketika itu, hal yang terlintas di benak Rilla hanya kematian dan ia sempat kehilangan kesadaran beberapa saat. Ketika terbangun, Rilla mengaku terkejut mendapati dirinya masih hidup.
"Anak saya mengatakan kalau dia yang menyelamatkan saya dan saya langsung memeluknya erat. Akhirnya kami tersangkut di sebuah kayu besar yang hanyut terbawa air," katanya.
Setelah mendapatkan sebuah pijakan, Rilla memasukkan sang anak ke dalam bajunya agar tidak kedinginan dan ia mencoba mencari jalan untuk bisa selamat. Awalnya, Rilla mencoba menaiki sebuah pohon sawit yang lebih tinggi agar bisa menggapai atap rumah warga berwarna merah yang masih berdiri cukup kokoh.
"Saat itu anak saya sempat terjatuh dan saya berupaya menggapainya kembali. Alhamdulillah anak saya masih bisa saya gapai ketika itu," lanjutnya.
Saat berada di atas atap, Rilla masih sempat menyelamatkan seorang remaja perempuan berusia belasan tahun yang ikut bersamanya berada di atas atap rumah tersebut.
"Kami bertiga berada di atap itu sampai sekitar pukul 22.30 WIB. Hingga akhirnya salah satu ekskavator yang diturunkan oleh seorang anggota DPRD di sini menjemput kami," katanya.