Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi pasien DBD (pexels.con/Anna Shvets)
ilustrasi pasien DBD (pexels.con/Anna Shvets)

Intinya sih...

  • Suhu panas membuat nyamuk lebih aktif menggigit

  • 66 kasus DBD tercatat di Sukarami, Palembang

  • Pencegahan DBD dengan 3M dan upaya tambahan lainnya

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) masih mengancam di tengah masyarakat Palembang, meski saat ini masuk musim kemarau. Penyakit DBD tetap rawan menyebar jika pola hidup warga setempat sembarangan dan tidak menjaga kebersihan lingkungan.

"DBD saat kemarau masih potensi meningkat," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Palembang, Yudi Setiawan, Rabu (30/7/2025).

1. Suhu panas menyebabkan nyamuk lebih aktif menggigit

Ilustrasi pasien DBD (ANTARA FOTO/Kornelis Kaha)

Penyebab DBD tetap mengintai meski dalam kondisi suhu kering lanjut Yudi, karena kebiasaan masyarakat cenderung menampung air di dalam wadah saat musim kemarau. Kondisi tersebut kata dia, sangat berpengaruh terhadap kembang biak jentik nyamuk Aedes aegypti.

"Tempat  tampungan air ini bisa menjadi tempat berkembang biak nyamuk, dan suhu panas saat kemarau juga dapat membuat nyamuk lebih aktif dan sering menggigit," jelasnya.

2. Tercatat ada 66 kasus DBD di Sukarami

Hasil penelitian menyebutkan bahwa orang yang pernah terpapar DBD menjadi kebal COVID-19 freepik.com/ashophoto

Berdasarkan catatan Dinkes Palembang per 24 Juli 2025, angka DBD mencapai 53 kasus baru sepanjang 2025. Sementara data bulanan, kasus di Juli ini terbilang tinggi. Sedangkan laporan kasus DBD pada Juni sempat menularkan virus terhadap 80 orang. Kemudian pada Mei lalu, angka DBD berjumlah 65 kasus dan April tahun ini menyentuh 95 kasus.

"Kasus DBD tertinggi ada di Kecamatan Sukarami sebanyak 66 kasus," kata dia.

3. Usia 5-14 tahun paling banyak terkena DBD di Palembang

Ilustrasi pasien DBD. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani

Yudhi merincikan, dari total keseluruhan kasus DBD, data terakhir pada pekan ketiga Juli 2025 yakni tersebar di Kawasan Plaju berjumlah 62 kasus, Ilir Barat I 52 kasus, Jakabaring 39 kasus, Ilir Barat II 36 kasus, Seberang Ulu I 35 kasus, Kertapati 35 kasus, Gandus 34 kasus, Seberang Ulu II 26 kasus, Ilir Timur II 23 kasus, Kemuning 21 kasus, Alang-alang Lebar 21 kasus, Bukit Kecil 18 kasus, Ilir Timur I 16 kasus, Kalidoni 16 kasus, Sako 16 kasus, Ilir Timur 11 kasus dan Sematang Borang 11 kasus.

"Kalau berdasarkan usia, paling banyak umur 5-14 tahun berjumlah 290 kasus, 15-44 tahun 149 kasus, 1-4 tahun 79 kasus, 44 tahun ke atas 15 kasus, dan di bawah 1 tahun 4 kasus," jelasnya.

Selain dengan metode pencegahan DBD menggunakan 3M, yaitu Menguras, Menutup dan Mengubur, lanjut Yudi, ada beberapa upaya tambahan yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dan mencegah DBD. Yakni memasang kasa atau kelambu nyamuk, tidak menumpuk atau menggantung baju terlalu lama dan menggunakan lotion anti nyamuk.

Editorial Team