Ilustrasi sineas Palembang dalam proses kreatif pembuatan film. (Dokumen/istimewa)
Era sebelum pandemik merupakan puncak geliat sineas di Palembang. Berbagai Festival film lokal marak diselenggarakan, hal ini memicu proses kreatif anak muda di Palembang membuat Film.
Namun sejak awal 2020, proses kreatif tersebut akhirnya menurun. Ary tak menampik pandemik menjadi biang keroknya. Dalam ranah komersil, proses produksi film mulai terganggu dengan pembatasan yang dilakukan hingga perlunya setiap kru yang terlibat mendapatkan vaksin.
"Di ranah idealis, kita menghadapi berbagai macam persoalan mulai dari razia hingga ditegur. Dengan kondisi ini kawan-kawan termasuk saya merasa tidak nyaman juga ada pembatasan dalam proses kreatif. Semua proses jadi ribet, padahal setiap sineas punya timeline sendiri untuk produksi," jelas dia.
Seiring berjalannya waktu, Ary pun mulai terbiasa dengan suasana pandemik. Keinginan memproduksi film kembali menggebu. Caranya dengan menyesuaikan setiap proses produksi film dengan kebijakan pemerintah. Dirinya menemukan celah proses kreatif dari kondisi pandemik ini.
"Muncul tantangan, pada akhirnya proses kreatif ini menjadi begitu flexibel. Jika sebelumnya produksi film memerlukan kru yang banyak kemudian berangsur diminimalkan. Hanya talent utama yang ke lokasi syuting. Semua kerjaan pun semakin ringkas," jelas dia.