Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
default-image.png
Default Image IDN

Gangguan kejiwaan Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), stres pasca trauma atau gangguan mental setelah seseorang mendapati peristiwa tidak menyenangkan, ternyata bisa menimpa siapa saja.

Seperti yang dialami Dollyan Tamela Tari, perempuan kelahiran 26 Maret 1997 ini sempat menjadi pasien PTSD tanpa sepengetahuan orang sekitar. Dolly terpaksa menutupinya karena takut dan malu jika orang lain tahu, kemudian melakukan bullying.

Dalam beberapa tahun belakangan, ia selalu merasakan perubahan psikis. Dolly bahkan pernah menyakiti dirinya sendiri hingga berdarah. Bagaimana Dolly bisa keluar dari belenggu tersebut? Berikut wawancara khusus IDN Times bersama Dolly.

1. Kapan kamu mengetahui kalau sudah mengidap PTSD?

ilustrasi tidur saat bekerja (pexels.com/energepic.com)

Aku mulai merasakan perubahan psikis pada Desember 2017. Waktu itu aku menyadari jika banyak perubahan di dalam diri yang signifikan. Mulai dari sikap sering marah berlebihan, sampai tindakan menyakiti diri sendiri.

Aku awalnya mengira bipolar, karena memang PTSD merupakan bagian dari bipolar. Ada level-level kasus dalam gangguan jiwa. Aku merasa perubahan psikis dari kabar Papa meninggal tertabrak bus di Muara Enim. Papa kecelakaan membuat aku histeris.

Sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, aku cukup dekat dengan Papa. Setelah kejadian, aku sangat trauma dan selalu merasa histeris. Kalau menangis sambil teriak-teriak. Kemudian tiba-tiba diam, tidak mau berbicara dengan siapa pun padahal rasanya marah.

2. Apa yang membuat kamu akhirnya didiagnosa PTSD?

Editorial Team

Tonton lebih seru di