Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi PHK (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)
ilustrasi PHK (pexels.com/ANTONI SHKRABA production)

Intinya sih...

  • Welly diputus kontrak kerja saat hendak cuti melahirkan, tanpa jaminan ketenagakerjaan dan pesangon yang minim.
  • Setelah PHK, Welly berjuang dengan membuka warung, menjual produk online, mengajar, dan bekerja di kantor redaksi lokal.
  • Akhirnya, setelah 4 tahun, Welly kembali bekerja sebagai jurnalis biro Palembang dan berhasil pulih secara ekonomi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Helaan napas panjang tak mampu menutupi kekecewaan Welly mengenang momen Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) empat tahun silam. Kesedihan jurnalis Palembang itu masih melekat, meski kini dia telah bangkit dari keterpurukan. Kepada IDN Times ia bercerita, betapa sengsara diputus kontrak waktu hamil tua.

"Mau ajuin cuti melahirkan seminggu lagi. Tiba-tiba telepon masuk dari kantor, besok gak usah kerja, karena kontrak gak diperpanjang," katanya.

1. Welly kena PHK di usia 32 tahun

ilustrasi PHK (pexels.com/Anna Shvets)

Hanya menerima pesangon Rp24 juta dari kantor, Welly ternyata 8 tahun bekerja di salah satu perusahaan media terbesar Sumatra Selatan (Sumsel). Bahkan ia tak menerima asuransi jaminan ketenagakerjaan. Padahal risiko jurnalis dalam dunia kerja sangat rentan.

"Waktu itu insecure sekali diputus (PHK) umur 32 tahun, bagaimana bisa melangsungkan hidup dan dapat pekerjaan lagi. Apalagi mau melahirkan anak kedua," kata Welly.

2. Jualan es dan sosis jadi tumpuan Welly bertahan hidup

Ilustrasi PHK (Dok: roklen24.cz)

Menerima kabar PHK dalam kondisi hamil tua, Welly diputus kerja bertepatan wabah COVID-19 menyebar ke Indonesia. Benar-benar di situasi buntung, Welly mencoba bertahan dan melewati hidup dengan krisis finansial dan percaya diri.

Dia sempat mengalami ambang frustasi. Namun kekuatan diri dan calon buah hati menguatkan keyakinan mampu mandiri.

"Bertahan dengan sisa tabungan, buka warung di depan rumah. Jualan es dan sosis buat nambah pemasukan," jelasnya.

3. Welly tak lelah mencari kerja meski gajian per semester

antrian para pencari kerja.

Perjuangan Welly belum usai, pasca PHK diujung melahirkan, ia pantang menyerah mencari kerja. Tak puas dengan usaha depan rumah, Welly melanjutkan dagang peralatan dapur secara online. Ia menawarkan produk lewat berbagai sosial media.

Tiba momen melahirkan, Welly fokus sejenak mengurus anak sembari gigih mencari uang tambahan. Ia memanfaatkan gelar S2 untuk menjadi dosen di salah satu universitas swasta Palembang. Namun miris, Welly digaji per satu semester.

4. Welly sudah kembali bekerja meski belum jadi pegawai tetap

Ilustrasi bekerja dengan santai (pexels.com/Ivan Samkov)

Sambil mengajar ilmu komputer di perguruan tinggi, Welly tak lelah melamar ke perusahaan media lagi. Ia beberapa kali bekerja di kantor redaksi lokal. Namun katanya, gaji di sana belum mampu memenuhi kebutuhan bulanan. Apalagi, memang banyak perusahaan media lokal memberi gaji dibawah rata-rata upah minimum daerah.

Usaha tak menghianati hasil, perjuangan Welly akhirnya membuahkan bahagia. Tahun 2024, menjadi keberuntungan dia. Welly diterima kembali sebagai jurnalis biro Palembang. Ia berhasil bekerja untuk perusahaan media nasional.

"Alhamdulillah, ekonomi mulai pulih. Anak yang lahir di situasi sulit tumbuh baik. Mudah-mudahan tidak ada lagi kejadian buruk (PHK). Doakan, posisi sekarang bisa tetap (pegawai)," katanya.

Editorial Team