Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Komoditas bawang merah. (IDN Times/Trio Hamdani)
Komoditas bawang merah. (IDN Times/Trio Hamdani)

Intinya sih...

  • TPID Sumsel siapkan strategi antisipasi inflasi jelang Natal 2025 dan tahun baru 2026 dengan memasok bawang merah dari Sumbar.

  • Kolaborasi Pemprov Sumsel dan Sumbar untuk pertumbuhan ekonomi, mengingat komoditas cabai dan bawang merah penyumbang utama inflasi di Sumsel.

  • Kerja sama antar provinsi diharapkan tidak hanya memperkuat ketahanan ekonomi, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua daerah tersebut.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Tim Pengendali Inflasi Daerah Sumatra Selatan (TPID Sumsel) menyiapkan strategi antisipasi inflasi yang diprediksi terjadi jelang momen Natal 2025 dan tahun baru 2026 (Nataru).

Salah satu langkah konkret untuk menekan nilai inflasi ke depan, yakni memasok komoditas bawang merah dari provinsi tetangga, Sumatra Barat (Sumbar). Lantaran daerah tersebut mengalami surplus, sementara Sumsel kekurangan ketersediaan.

1. Inflasi terjadi karena komoditas tak memenuhi kebutuhan pasar

Kepala BI Sumsel Bambang Pramono (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel, sekaligus bagian TPID Sumsel, Bambang Pramono, salah satu penyebab inflasi disebabkan stok komoditas tak memenuhi kebutuhan masyarakat, sehingga cara tepat antisipasi kenaikan harga adalah memaksimalkan pasokan yang mencukupi.

"Pengiriman (bawang merah dari Sumbar) menjadi simbol kerja sama business-to-business antara distributor Palembang (Kota di Sumsel) dan produsen bawang di Solok (daerah di Sumbar), yang diharapkan bisa menekan defisit komoditas bawang merah di Sumsel," katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (14/11/2025).

2. Cabai dan bawang merah komoditas paling sering sumbang inflasi

Pedagang cabai di Pasar Al Mahirah, Kota Banda Aceh, Aceh. (IDN Times/Mhd Saifullah)

Selain berusaha mengendalikan nilai inflasi tak bergejolak jelang nataru, program kolaborasi Pemprov Sumsel dan Sumbar dalam menyediakan komkditas bawang merah juga sebagai bentuk kerja sama untuk pertumbuhan ekonomi Sumatra di tengah kondisi ketidakpastian global.

Berdasarkan data BI Sumsel, Indeks Harga Konsumen (IHK) pada September 2025 tercatat sebesar 3,44 persen year on year (yoy) atau masih berada dalam sasaran inflasi Nasional.

"Komoditas cabai dan bawang merah merupakan komoditas penyumbang utama inflasi Sumsel, seiring dengan masih defisitnya kedua komoditas itu," jelas dia.

3. Janjikan sinergitas untuk menekan inflasi Sumsel

Kepala BI Sumsel Bambang Pramono (Dok. Bank Indonesia untuk IDN Times)

Bambang mengatakan, melalui kerja sama antar provinsi Sumsel dan Sumbar, diharapkan ke depan tidak hanya memperkuat ketahanan ekonomi di Sumatra. Melainkan katanya, bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua daerah tersebut.

"Ke depannya BI Sumsel dan pemprov serta para pemangku kepentingan terkait akan terus bersinergi menjaga inflasi agar sesuai dengan sasaran inflasi yang telah ditetapkan," ujarnya.

4. Sumbar distribusi 14 ton bawang merah ke Sumsel

Sekda Sumsel, Edward Chandra (IDN Times/Rangga Erfizal)

Sementara Sekretaris Daerah Sumsel, Edward Candra mengatakan langkah penyediaan bawang merah dari Sumbar adalah bentuk Kerja Sama Antar Daerah (KAD) yang fokus pada ketersediaan dan stabilisasi harga bahan pangan pokok.

"Dengan adanya KAD diharapkan dapat memperkuat mekanisme supply chain antar daerah, sekaligus menghubungkan kekuatan produksi, distribusi, dan konsumsi di dua provinsi besar di Pulau Sumatera ini," jelasnya.

Tak saja soal distribusi bawang merah, Edward menambahkan program kerja sama yang dilakukan juga meliputi upaya ketahanan pangan, perdagangan dan investasi, pariwisata, kebudayaan, kelautan dan perikanan, serta pengendalian inflasi.

"Kolaborasi ini mendukung strategi pengendalian inflasi nasional melalui empat pilar utama," kata dia.

Diketahui, pilar tersebut mencakup Keterjangkauan harga, Ketersediaan pasokan, Kelancaran distribusi, dan Komunikasi efektif (4K). Langkah ini pun diawali dengan simbol pengiriman komoditas bawang merah 14 ton dari Kabupaten Solok, Sumbar.

Editorial Team