Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Kantor BMKG (IDN Times/Putra F. D. Bali Mula)
Ilustrasi Kantor BMKG (IDN Times/Putra F. D. Bali Mula)

Intinya sih...

  • Akhir Mei merupakan musim penghujan ujung, BMKG Sumsel meminta masyarakat waspada terhadap hujan es dan cuaca ekstrem
  • Bulan Mei merupakan masa pancaroba, transisi dari musim hujan ke kemarau dengan curah hujan yang beragam di wilayah Sumsel
  • Fase pancaroba diikuti peningkatan suhu udara harian dan jeda Hari Tanpa Hujan (HTH) memanjang menjadi antara tiga hingga 6 hari
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Wilayah Sumatra Selatan (BMKG Sumsel) meminta masyarakat tetap waspada hujan es di sejumlah kabupaten/kota, meski diprediksi pada Mei 2025 masuk musim pancaroba.

"Cuaca ekstrem diperkirakan akan melanda wilayah Sumatera Selatan seperti hujan deras, angin kencang, puting beliung hingga hujan es," kata Koordinator BMKG Sumsel Wandayantolis dalam keterangan tertulis, Kamis (1/5/2025).

1. Mei merupakan penghujung musim hujan

Sungai Musi dan Jembatan Ampera (wikipwdia oleh Gunawan Kartapranata)

Menurutnya Wandayantolis, bulan Mei merupakan penghujung musim hujan dan secara bertahap akan memasuki kemarau yang diperkirakan berlangsung Juni 2025. Saat ini, Sumsel sedang berada dalam masa pancaroba, yaitu masa transisi dari musim hujan ke musim kemarau.

"Curah hujan pada dasarian III April 2025 menunjukkan kondisi yang beragam. Pada kategori menengah hujan dengan intensitas 51-150 mm berlangsung di sebagaian wilayah Sumsel," jelas dia.

2. Fase pancaroba biasanya diikuti peningkatan suhu udara harian

Ilustrasi BMKG

Sedangkan pada kategori tinggi dengan intensitas 151-300 mm berlangsung di Kabupaten Lahat, Muara Enim bagian barat dan OKU Selatan bagian utara. Sementara, untuk kategori rendah di bawah 50 mm, terjadi di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), Banyuasin bagian selatan dan kota Palembang.

Kemudian lanjut Wandayantolis, di Ogan Ilir, Prabumulih, sebagian Muara Enim, OKI bagian selatan, OKU Timur, OKU bagian timur, OKU Selatan bagian barat, sebagian kecil Lahat, Pagar Alam, Empat Lawang, sebagian Lubuklinggau, dan Musi Rawas.

"Fase pancaroba biasanya diikuti dengan peningkatan suhu udara harian. Ini adalah puncak suhu udara maksimum pertama dalam setahun (puncak kedua terjadi sekitar akhir September–Oktober), yang terkait dengan pelepasan panas dari daratan dan lautan setelah matahari bergerak semu melintasi wilayah Sumsel," kata Wandayantolis.

3. Pola cuaca masa pancaroba cenderung berubah cepat

Petugas BMKG Stasiun Geofisika (IDN Times/Mhd Saifullah)

Selama fase pancaroba lanjutnya, jeda Hari Tanpa Hujan (HTH) akan memanjang menjadi antara tiga hingga 6 hari. Saat HTH terjadi, suhu udara akan terasa lebih menyengat, akumulasi dari pelepasan panas yang tersebut diakibatkan  turunnya kelembaban udara, minimnya pembentukan awan yang biasanya melindungi dari radiasi matahari langsung.

"Pola cuaca pada masa pancaroba juga cenderung berubah dengan cepat. Pemanasan intensif pada pagi hari bisa memicu pembentukan sistem konvektif kuat di siang hingga sore hari. Hal ini dapat menyebabkan hujan deras berdurasi singkat,angin kencang, puting beliung, bahkan hujan es," jelas Wandayantolis.

Editorial Team