Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

BKSDA Mitigasi Interaksi Negatif Gajah dan Manusia di Air Sugihan

Kepala BKSDA Sumsel, Teguh Setiawan. (Dok. BKSDA Sumsel)
Kepala BKSDA Sumsel, Teguh Setiawan. (Dok. BKSDA Sumsel)
Intinya sih...
  • 47 interaksi negatif antara manusia dan gajah terjadi di Air Sugihan periode 2020-2024
  • Pemasangan GPS collar untuk melacak pergerakan kawanan gajah dan mencegah konflik di masa mendatang
  • Rencana pembangunan tanggul gajah, penanaman tanaman tidak disukai satwa, dan upaya penyadartahuan masyarakat desa rawan interaksi negatif
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Ogan Komering Ilir, IDN Times - Peristiwa serangan gajah liar terhadap dua warga pada Minggu (25/5/2025) di Air Sugihan menambah rentetan panjang interaksi negatif antara manusia dengan gajah di wilayah tersebut. 

Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) bersama Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumsel juga telah meningkatkan koordinasi dalam rangka memitigasi interaksi negatif antara manusia dan gajah yang masih terjadi di Kecamatan Air Sugihan.

1. GPS collar akan dipasang untuk memantau gajah

gajah, hewan yang suka memakan jeruk (pexels.com/Wayne Jackson)
gajah, hewan yang suka memakan jeruk (pexels.com/Wayne Jackson)

Kepala BKSDA Sumsel, Teguh Setiawan mengatakan, interaksi negatif antara manusia dengan gajah di Air Sugihan disebabkan oleh beberapa faktor. Dia mencatat sejumlah kejadian di wilayah tersebut.

"Periode 2020 sampai dengan maret 2024, tercatat ada 47 kejadian interaksi negatif antara gajah dan manusia di Kantong Habita Gajah (KHG) Air Sugihan, paling tinggi di tahun 2022 sebanyak 15 kejadian,” ujarnya.

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi serta mencegah terjadinya kasus konflik antara satwa dilindungi tersebut dengan manusia di Air Sugihan. Bitu baik jangka pendek maupun jangka panjang salah satunya pemasangan GPS Collar.

Menurutnya, pemasangan GPS collar merupakan langkah strategis untuk melacak pergerakan kawanan gajah yang kerap berinteraksi dengan masyarakat setempat. 

"Dengan adanya GPS collar, kami dapat memantau pergerakan gajah secara real-time dan memprediksi potensi konflik di masa mendatang. Informasi ini akan sangat berguna bagi tim kami untuk melakukan tindakan preventif," kata dia.

2. Tanggul gajah dan vegetasi bisa meminimalisir interaksi

potret gajah (commons.wikimedia.org/shankar s.)
potret gajah (commons.wikimedia.org/shankar s.)

BKSDA Sumsel menyebut, pemerintah juga sudah merencanakan pembangunan tanggul gajah sepanjang 10 Km di wilayah yang sering dilintasi gajah. 

"Pembangunan tanggul bertujuan untuk mengurangi interaksi negatif dengan manusia serta melindungi hasil pertanian. Serta menjaga keamanan masyarakat di daerah yang rawan serangan gajah," ungkap Setiawan.

Selain rencana pembangunan tanggul gajah, pemerintah bersama masyarakat juga melakukan penanaman jenis tanaman yang tidak disukai satwa di kawasan perbatasan dengan pemukiman atau disebut dengan tanggul vegetasi.

"Jenis tanaman yang tidak disukai hewan mamalia tersebut antara lain kakao, kelengkeng, mangga, manggis, matoa, petai, rambutan, sawo, serai wangi, sukun, dan timun," ucapnya.

3. Bangun desa mandiri konflik gajah dan posko Pagarapat

Gajah (commons.wikimedia.org/Gracemontse)
Gajah (commons.wikimedia.org/Gracemontse)

Setiawan menambahkan, masyarakat juga mampu meminimalisir risiko interaksi negatif antara manusia dan gajah melalui inisiatif desa mandiri konflik gajah.

"Kota lakukan upaya penyadartahuan masyarakat desa rawan interaksi negatif pada koridor gajah Sugihan Simpang Heran melalui peningkatan kapasitas dan pendampingan kepada masyarakat langkah mitigasi cepat jika ada interaksi dengan gajah," jelasnya.

Selain itu, di Air Sugihan telah didirikan posko Pagarapat yang merupakan tim gabungan mitigasi interaksi negatif gajah dan manusia. Tim terdiri atas unsur masyarakat dari 5 desa, perusahaan pemegang serta Balai KSDA yang terdiri dari mahout, polisi kehutanan, tenaga pendamping dan gajah binaan.

"Keberadaan Pagarapat berupaya membangun pemahaman koeksistensi manusia dan gajah dengan pola berbagai ruang kehidupan," terangnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
Yuliani
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Yuliani
EditorYuliani
Follow Us