Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penanaman mangrove (ANTARA FOTO/Akbar Tado)

Palembang, IDN Times - Kawasan pantai timur Sumatra Selatan (Sumsel) yang terletak di wilayah Ogan Komering Ilir (OKI), terus diterjang banjir rob dalam beberapa tahun terakhir. Penyebabnya tak lain karena kerusakan ekosistem mangrove yang menjadi benteng terakhir air laut menuju darat.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Bakau Sumsel mencatat, beberapa kawasan mangrove di pesisir pantai timur yang bersebelahan dengan Lampung mengalami kerusakan.

"Kerusakan mangrove di pantai timur tidak menyebabkan abrasi melainkan banjir rob. Kerusakan mangrove itu dalam beberapa tahun belakang mulai terasa sehingga rutin terjadi rob di sana," ungkap Direktur LSM Bakau Sumsel, Paisal kepada IDN Times, Jumat (13/1/2023).

1. Faktor alam pengaruhi kerusakan mangrove

Ilustrasi banjir (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)

Dari data Dinas Kehutanan (Dishut) Sumsel, ada sekitar 171.629 hektare (Ha) hutan mangrove tersebar di sepanjang pantai timur Sumsel yang membentang dari Kabupaten OKI, Banyuasin, hingga Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Dari keseluruhan mangrove tersebut tercatat ada 49.540 Ha sudah rusak.

"Perubahan iklim turut memengaruhi pergeseran gelombang rob, pasir menjadi naik mengubah kawasan pesisir. Karakter mangrove jadi tidak cocok karena perubahan bentang pesisir yang berpasir," ungkap dia.

Menurut Paisal, kerusakan ekosistem mangrove tidak serta merta akibat perambahan, tambak udang, dan tambak ikan di kawasan pesisir. Faktor alam juga erat berkaitan dengan rusaknya tanaman di wilayah mangrove.

"Kondisi alam turut memengaruhi kondisi mangrove seperti suksesi alami, di mana mangrove tua tidak sanggup menyesuaikan dengan kondisi perubahan alam," jelas dia.

2. Masyarakat pesisir mulai rasakan dampak rob

Editorial Team