Ilustrasi pajak karbon. (sumber: blogs.worldbank.org)
Indonesia memiliki kawasan hutan mangrove sepertiga dari kawasan mangrove dunia. Sedangkan Sumsel merupakan wilayah dengan luasan mangrove kedua terbesar setelah Riau di Pulau Sumatra. Dari kondisi ini, Imran menilai dunia sangat bergantung dengan Indonesia dalam mencegah kiamat akibat terlepasnya emisi karbon.
"Perubahan iklim makin terasa karena banyaknya emisi karbon terlepas ke udara dan menyebabkan lapisan ozon berkurang yang berimplikasi naiknya suhu bumi. Dari prediksi yang ada, 40 tahun ke depan kalau tidak ada upaya menjaga emisi karbon, manusia dipastikan tidak bisa hidup lagi," jelas dia.
Dibandingkan kawasan hutan tropis, mangrove menjadi ekosistem alam yang mampu menyimpan karbon. Untuk di wilayah OKI, hasil riset Mera mencatat, mangrove dapat menyimpan 1.000 ton karbon per hektare.
"Dari segi global, dunia sangat bergantung dengan mangrove. Mangrove mampu menyimpan karbon empat kali lebih besar dari hutan tropis," jelas dia.
Tak sampai di sana, mangrove yang baik dinilai mampu menahan laju gelombang laut hingga 70 persen. Artinya saat terjadi tsunami tinggi, mangrove dapat menjadi penolong masyarakat pesisir. Berbagai riset tentang mangrove terus dilakukan, hasilnya, mangrove menjadi salah satu inti kehidupan manusia.
"Dari riset yang kita punya, hampir 70 persen ikan di laut menghabiskan hidupnya di mangrove. Bukan cerita bohong kalau nelayan kita akan sulit mencari ikan jika mangrove rusak," jelas dia.