Padang, IDN Times - Ibnu Riaga (36) masih mengingat jelas bencana banjir bandang yang melanda daerah tempat tinggalnya pada Kamis (27/11/2025) silam yang telah merenggut nyawa isteri dan puteri kecilnya.
Pria yang berprofesi sebagai guru silat itu tak pernah menyangka sang isteri akan menjadi korban dalam bencana besar yang meluluh lantakkan Nagari Salareh Aie dan Salareh Aie Timur, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam itu.
Karena selama ini, tidak pernah terjadi bencana banjir ataupun banjir bandang di daerah tersebut. Sehingga tidak satupun warga di perkampungan itu menyangka akan ada bencana sedahsyat itu di daerah mereka.
Ibnu kala itu tengah mendapatkan kabar sedang terjadi banjir di daerah perkampungan yang berjarak kurang lebih 10 kilometer dari tempat tinggalnya. Ia pergi melihat bencana itu bersama seorang temannya tanpa berpikir akan terjadi bencana di kampungnya.
"Baru beberapa saat saya sampai di lokasi banjir itu, saya mendapat kabar bahwa kampung saya dilanda banjir bandang," katanya.
Mendengar kabar itu, Ibnu langsung mengambil sepeda motor bersama temannya untuk melihat keadaan istri dan tiga anaknya yang ia tinggalkan di rumah.
"Saat itu banjir juga menggenangi jalan menuju ke sini, tepatnya di daerah Ngungun. Saya tinggalkan sepeda motor saya dan berjalan melewati banjir," katanya.
Ia berlari, berharap bisa menyelamatkan keluarga kecilnya. Dengan bantuan seorang warga, ia bisa meminjam sepeda motor agar segera sampai di Nagari Salareh Aie dengan cepat.
"Kami langsung tancap gas menuju Jorong Sawah Laweh yang merupakan tempat tinggal saya. Karena saya sangat khawatir dengan keadaan istri dan anak saya," katanya.
Hujan terus turun membasahi Bumi Andalas, sinar mentari perlahan menghilang saat Ibnu sampai di perkampungan yang sudah luluh lantak akibat banjir bandang itu.
Bermodalkan senter ponsel, ia bersama temannya menembus material banjir yang sudah dipenuhi oleh lumpur untuk menuju ke posisi rumahnya.
"Saya mendengar jeritan minta tolong. Tapi saya tidak bisa lagi mempedulikannya karena ingatan saya masih kepada anak dan istri saya," katanya.
Derasnya aliran air tak menyurutkan niat Ibnu untuk bisa memastikan keadaan keluarganya. Yang ada dalam ingatannya kala itu hanya tentang istri dan ketiga anaknya.
"Saya berjalan sejauh 500 meter menembus lumpur setinggi dada dan memakan waktu kurang lebih 3 jam karena arus air yang cukup deras ketika itu," lanjutnya.
Saat sampai di posisi rumahnya, Ibnu sangat terkejut melihat keadaan rumahnya yang sudah hancur dan rumah tetangganya yang sudah tak tersisa lagi.
Ia mencoba memanggil sang istri dan anak-anaknya. Namun ia tidak mendengar adanya sahutan. Hanya teriakan minta tolong dari orang-orang yang ada di sekeliling rumahnya itu saja.
"Saat itu saya melihat seorang bapak-bapak yang kakinya terhimpit kayu. Beliau berdua dengan istrinya yang juga terjepit. Saya coba menyelamatkan mereka dengan teman saya," katanya.
Dalam pencariannya, sekitar pukul 22.00 WIB ia mendapat informasi dari warga lainnya tentang anaknya yang ditemukan selamat oleh warga dan sudah berada di lokasi yang aman.
Mendapat kabar itu, ia langsung menuju lokasi pengungsian untuk memastikan keadaan kedua anaknya yang dikabarkan selamat oleh warga.
"Saat saya sampai di sana, anak saya, Aditya Sandriaga (11) langsung memeluk saya dan menangis. Begitu juga dengan anak kedua saya, Axel Sandriaga (8)," ungkapnya.
Ibnu mengatakan, Aditya menceritakan kepadanya tentang apa yang telah mereka lalui saat banjir bandang menghantam perkampungan tersebut sekitar pukul 16.30 WIB.
"Aditya bercerita kalau dia sudah mengajak adiknya, Olivia Sandriaga (5) untuk berlari dan menyelamatkan diri saat terjadinya banjir bandang itu," katanya.
Tetapi, saat selangkah lagi hampir sampai di lokasi yang aman, mantel berwarna hijau yang dipakai sang adik tersangkut pada pohon kayu yang hanyut terseret air.
"Sambil menangis dia mengatakan kalau sedikit lagi dia bisa menyelamatkan Olivia. Tapi mereka sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berlari," lanjutnya.
Aditya menyaksikan sang adik tenggelam diseret air dan ia juga ikut terseret hingga tersangkut pada sebuah pohon hingga bisa ditemukan oleh warga.
"Sementara Axel sudah lebih dulu selamat dan sampai di lokasi aman bersama beberapa warga lainnya. Tapi, saya tidak mendapatkan kabar soal keberadaan istri saya," katanya.
Setelah menitipkan kedua anaknya kepada adiknya, Ibnu kembali menembus genangan lumpur untuk mencari sang istri dan putrinya yang masih belum diketahui keberadaannya.
