Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi siswa mengikuti Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Sekolah dengan prokes ketat (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay)

Palembang, IDN Times - Kegiatan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di Sumatra Selatan (Sumsel), terutama di sejumlah sekolah Kota Palembang, mulai banyak yang ditutup setelah kasus Omicorn terkonfirmasi dan membuat sejumlah murid terpapar COVID-19.

Namun menurut ahli Mikrobiologi Sumsel, Yuwono, sebaiknya PTM tetap digelar sebelum ada klaster Omicorn. Menurutnya, pendidikan merupakan satu di antara tiga pilar penting dalam kemajuan daerah setelah ekonomi dan kesehatan.

"Sekolah tidak perlu ditutup, jangan sedikit-sedikit menyalahkan sekolah. Begitu ada positif dikatakan klaster sekolah, padahal untuk menyatakan klaster itu ada kriteria seperti jadi sumber penularan," ujarnya, Rabu (9/2/2022).

1. Tak ada pembelajaran paling maksimal kecuali PTM

Ilustrasi pembelajaran tatap muka di sekolah (dokumen/IDN Times)

Ketiga aspek penting dalam kemajuan daerah itu diibaratkan seperti telur dan ayam yang berkaitan. Apalagi soal pendidikan yang lebih maksimal dengan menyelenggarakan kegiatan PTM dalam kondisi apa pun.

"Karena klaster ada syarat-syaratnya, seperti ketika A menularkan ke B, C, dan lain-lain. Tapi sekarang jangan menuduh Omicorn ya, karena butuh pemeriksaan lebih lanjut untuk menyatakan bahwa itu terpapar," jelas dia.

Jika seorang murid melakukan aktivitas seperti jalan-jalan dengan keluarga di luar Sumsel, contohnya pergi ke Jakarta atau Pulau Jawa dan tertular positif, belum bisa dikatakan sebagai klaster sekolah.

"Betul terpapar, tapi bukan klaster di sekolahan, karena sumbernya dari luar," timpalnya.

2. Minta semua pihak tak membuat penyebaran dan penularan Omicorn menjadi heboh

Editorial Team