wisatajalanjalanmurah.blogspot.com
Retno memaparkan, bahwa kerusakan peninggalan situs itu disebabkan salah satunya karena tidak paham atau tidak tahu pihak pengelola dalam pengelolaan yang baik. Seperti kerusakan Bukit Siguntang, yang sebenarnya lantaran ketidaktahuan pembangun.
"Karena pemerintah juga tidak melibatkan orang yang kompeten. Bukit Siguntang rusak permasalahan utamanya pun bukan lantaran pemerintah saja. Masyarakat juga terlibat. Bukit Siguntang sebelum menjadi taman tahun 1991 itu kan pemukiman warga," paparnya.
Bahkan dari 1991, tuturnya, ada beberapa penemuan keramik saat dilakukan penggalian di kawasan tersebut. Karena ketidaktahuan masyarakat, jadi penemuan yang dikira hanya batu biasa ya dibuang-buang saja.
"Kerusakan itu sudah dari jaman Belanda, saat ahli datang ke Bukit Siguntang, bata-bata murni memang sengaja di ambil, yang kemudian digunakan membuat jalan karena kualitas bagus dan ukuran besar," tuturnya.
Satu hal yang harus digaris bawahi, tahun 1954 saat ada yang masih melihat adanya stupa di salah satu lereng Siguntang.
"Kami (Balai Arkeologi) belum ada, sayang tidak ada yang memberi tahu lokasi tepatnya dimana. Bagaimana mau ditelusuri. Lalu kerusakan terparah saat pembuatan Bukit Siguntang menjadi taman. Kesalahannya yakni menggunakan alat berat buldoser dan escavator. Sehingga semua yang berada di tanah ikut terangkat, termasuk mungkin batu-batu peninggalan," tandasnya.