Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Foto pernikahan korban SI (24) dan suami WS (25) 4 tahun silam (IDN Times/Rangga Erfizal)
Foto pernikahan korban SI (24) dan suami WS (25) 4 tahun silam (IDN Times/Rangga Erfizal)

Intinya sih...

  • Faktor ekonomi menjadi penyebab paling dominan KDRT dalam konflik kehidupan dalam rumah tangga.
  • Perlu menggali sisi kejiwaan terlapor hingga tega menyekap istrinya tanpa memberi makan
  • Masyarakat cenderung tak ikut campur urusan rumah tangga orang lain, namun seharusnya lebih peka untuk menyadari hal yang tidak beres di lingkungannya.

     

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN TImes - Kasus dugaan KDRT yang berujung pada penyekapan terhadap Ibu Rumah Tangga (IRT) berinisial SI (24) di Palembang mengegerkan publik. Pasalnya, kondisi korban yang ditemukan tinggal kulit dan tulang membuat publik bertanya-tanya, bagaimana korban tega diterlantarkan oleh sang suami hingga akhirnya menghembuskan napas terakhir di RS Hermina Jakabaring, Rabu (22/7/2025) silam.

Kondisi faktor ekonomi dan kejiwaan terlapor WS (25) yang berstatus suami korban menjadi sorotan Psikolog Klinis Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Siti Fatimah Palembang, Syarkoni. Menurutnya, permasalahan penelantaran istri oleh suami yang berujung kematian harus dipandang dari dua sisi antara korban dan terduga pelaku.

"Faktor ekonomi menjadi penyebab paling dominan (KDRT) dalam konflik kehidupan dalam rumah tangga. Faktor ini mempengaruhi cara bermasyarakat maupun hubungan suami istri yang kerap menimbulkan kekerasan," ungkap Syarkoni kepada IDN Times, Selasa (28/1/2025).

1. Penyekapan bisa dinilai ungkap sisi traumatis terduga pelaku

Purwanto saat menceritakan kondisi tentang adiknya sebelum ditemukan warga dalam keadaan memprihatinkan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Syarkoni menjelaskan, meski faktor ekonomi mempengaruhi hubungan di dalam keluarga, perlu upaya untuk menggali sisi kejiwaan terlapor hingga tega menyekap istrinya tanpa memberi makan. Penyekapan tersebut menunjukan ada sisi kejiwaan yang bermasalah dalam pengelolaan emosional dan cenderung tidak bisa merespon permasalahan sehari-hari.

"Orang yang bermasalah dalam sisi psikologis, bisa saja memiliki karakteristik yang emosional ketika menghadapi masalah, faktornya tadi bisa dibentuk dari kondisi ekonomi. Orang yang emosional dan bermasalah dalam mengontrol persoalan kehidupan cenderung agresif secara verbal dan tindakan," jelas dia.

2. Pengalaman traumatis masa lalu cenderung dilimpahkan ke orang terdekat

Purwanto saat menceritakan kondisi tentang adiknya sebelum ditemukan warga dalam keadaan memprihatinkan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Menurutnya, mengurung istri termasuk dalam tindakan kekerasan sebab adanya proses pengekangan yang dilakukan untuk membatasi setiap aktivitas individu. WS seolah membatasi kebebasan yang seharusnya didapatkan sang istri dengan menyekapnya di kamar dan tidak diberikan makan.

"Jika kita kaitkan dengan teori psikoanalisa, maka ada kecenderungan dari pengalaman masa lalu terlapor yang mempengaruhi sikapnya mengekang sang istri. Bisa saja dirinya mendapat perlakuan serupa dari keluarganya sehingga pengalaman traumatis itu dibalaskan ke orang-orang terdekatnya apa bila mendapatkan hal yang tak sesuai harapannya," jelas dia.

3. Perlu pendalaman untuk mengetahui sisi psikologis terduga pelaku

Purwanto saat menceritakan kondisi tentang adiknya sebelum ditemukan warga dalam keadaan memprihatinkan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Berdasarkan keterangan keluarga, mengenai sifat dan karakteristik terlapor cenderung emosional dan fanatik terhadap agama tak bisa menjadi patokan bahwa WS memiliki gangguan kejiwaan. Untuk mengetahui itu diperlukan pemeriksaan medis untuk mengetahui apakah ada pengalaman traumatis di masa lalunya.

Keterangan itu bisa menjadi titik awal bagi aparat penegak hukum dan petugas medis untuk membaca permasalahan yang ada. Orang yang fanatik terhadap ajaran agama bisa saja salah memahami ajaran agama sehingga pengekangan yang dilakukan menjadi pembenaran baginya.

"Untuk mengetahui alasan pengekangan itu perlu upaya menggali sisi traumatis dari yang bersangkutan," jelas dia.

4. Korban mungkin enggan menceritakan permasalahan keluarga hingga ditemukan kritis

Purwanto saat menceritakan kondisi tentang adiknya sebelum ditemukan warga dalam keadaan memprihatinkan (IDN Times/Rangga Erfizal)

Dari sisi korban, SI mungkin cenderung memiliki sisi introvert dalam hidup sehingga dirinya tidak bercerita kepada tetangga atau keluarga mengenai permasalahan yang menimpa dirinya. Kondisi ini pun belum dapat menjadi pembenaran sebelum diketahui apakah pengekangan itu berlangsung secara keras sehingga sang istri tak bisa mengakses alat komunikasi maupun akses bertemu orang.

"Mungkin korban punya kepribadian tertutup sehingga tidak mau menceritakan permasalahannya ke orang lain. Bisa juga karena istri takut di bawah ancaman atau karena malu mengenai aib keluarga sehingga dia bisa berpikir agar dirinya sajalah yang menjalankan permasalahan itu," jelas dia.

Syarkoni juga menilai, tak bisa sepenuhnya menyalahkan lingkungan sekitar yang tidak sadar dengan kondisi korban. Menurutnya, masyarakat cenderung tak akan mencampuri urusan rumah tangga orang lain. Namun mereka seharusnya lebih peka untuk menyadari jika ada yang tidak beres di lingkungannya.

"Masyarakat akan cenderung memiliki kepedulian ketika terjadi hal yang cukup parah. Hal ini karena mereka tidak mungkin masuk mencampuri kehidupan pribadi orang lain. Untuk itu, jika terjadi permasalahan serupa, peran RT bisa menjadi solusi dalam menyelesaikan dan mencegah konflik yang ada," jelas dia.

Editorial Team