Ilustrasi kemarau. Tanah tambak mengering di Kecamatan Mangara Bombang, Takalar, Sulawesi Selatan, Senin (2/9/2019) (ANTARA FOTO/Arnas Padda)
Sebelumnya, Stasiun Klimatologi Sumatra Selatan (Sumsel) memprakirakan kondisi musim kemarau akan terjadi pada Mei mendatang. Peralihan musim tersebut akan dimulai pada April dengan berkurangnya tingkat curah hujan.
Berkaca dari tahun-tahun sebelumnya, peralihan musim dari hujan ke kemarau akan memicu peningkatan titik panas. Stasiun Klimatologi mengingatkan peningkatan hotspot berpengaruh terhadap kerawanan lahan terbakar.
"Menurunnya curah hujan adalah kemunculan hotspot kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Berdasarkan data yang ada, hotspot sudah mulai terjadi meski musim kemarau belum benar-benar terjadi," ungkap Kepala Stasiun Klimatologi Sumsel, Wandayantolis.
Wandayantolis mengatakan, musim kemarau tahun 2022 diprakirakan akan berjalan selama empat bulan. Dimulai pada Mei dan mencapai puncak pada September 2022 mendatang. Dengan masuknya musim kemarau, maka akan memengaruhi dinamika atmosfer.
"Berdasarkan prakiraan dasarian pada awal April 2022, potensi curah hujan berkisar 20-100 mm. Ini menunjukkan pola tren menurun sebagaimana biasanya saat memasuki musim kemarau," ujar dia.