Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri P2MI, Abdul Kadir saat diwawancarai di Padang (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)
Menteri P2MI, Abdul Kadir saat diwawancarai di Padang (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Intinya sih...

  • Peluang bekerja di luar negeri terbuka lebar dengan kuota 1,7 juta tenaga kerja yang belum terisi penuh.
  • Masyarakat Sumatra Barat memiliki mental perantau yang baik, namun perlu pelatihan dan bahasa sesuai negara tujuan.
  • Pemerintah daerah diharapkan membentuk ekosistem pelatihan untuk masyarakat yang akan bekerja di luar negeri.

Padang, IDN Times - Peluang bekerja di luar negeri terbuka sangat luas dengan kuota mencapai 1,7 juta tenaga kerja yang sudah siap untuk bekerja di negara lain.

"Untuk kuota pada Mei lalu kita ada sebanyak 1,7 juta dan belum terisi semuanya," kata Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (MenP2MI), Abdul Kadir Karding saat di Padang, Selasa (3/6/2025).

Menurutnya, dari job kuota yang tersedia tersebut, baru terisi sebanyak 297 ribu di seluruh negara dan masih banyak yang tersisa untuk diisi oleh masyarakat.

1. Perlu mental merantau

Ilustrasi pekerja migran Indonesia (Foto: IDN Times)

Abdul Kadir mengungkapkan, untuk menjadi pekerja migran hal yang paling penting dimiliki oleh seorang masyarakat adalah mental untuk merantau.

"Hal ini adalah mental yang dimiliki oleh orang Minangkabau dan ini sudah tidak terbantahkan lagi. Karena orang Minangkabau itu adalah orang yang dikenal sebagai perantau," katanya.

Ia mengungkapkan, untuk masyarakat Sumatra Barat yang ingin bekerja di luar negeri, saat ini adalah peluang yang sangat besar agar bisa mendapatkan pekerjaan.

2. Bangun pelatihan dan bahasa

Menteri P2MI, Abdul Kadir saat diwawancarai di Padang (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)

Menurut Abdul Kadir, dengan mental yang telah dimiliki oleh orang Minangkabau tersebut hanya beberapa hal saja yang harus dibangun oleh pemerintah setempat.

"Tinggal bangun pelatihannya dan bahasa sesuai dengan negara tempat akan bekerja nantinya. Karena orang Minang ini sudah memiliki mental sebagai perantau," katanya.

Menurutnya, pemerintah harus ikut andil untuk mengumpulkan masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri untuk memberikan pelatihan dan les bahasa.

"Tinggal nanti bisa dikumpulkan per desa atau di Kabupaten untuk bisa memberikan pelatihan untuk masyarakat," katanya.

3. Bentuk ekosistem pelatihan

Ilustrasi pekerja migran Indonesia (Foto: IDN Times)

Abdul Kadir berharap,, pemerintah daerah bisa membentuk ekosistem pelatihan untuk masyarakat yang akan bekerja di luar negeri nantinya dan diberikan pelatihan bahasa sesuai negara tujuannya.

"Jangan dicampur dengan pekerja lokal nantinya. Supaya kita fokus dan negara tujuannya juga bisa lebih fokus lagi," katanya.

Dengan begitu, pekerjaan yang tersedia bisa dilinkan dengan SDM yang dimiliki untuk mengisi kuota yang ada di setiap negara yang telah menyediakan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team