Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ternyata Ini Pemicu Mayoritas Warga di Sumsel Miskin

Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto (Dok. BPS Sumsel untuk DN Times)
Intinya sih...
  • Kemiskinan di Sumsel jadi perhatian karena konsumsi rokok tinggi
  • Mayoritas warga miskin mengonsumsi rokok, termasuk pekerja upah minimum
  • Pemerintah fokus program untuk mengatasi kemiskinan akibat konsumsi rokok

Palembang, IDN Times - Angka kemiskinan di Sumatra Selatan (Sumsel) masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah. Apalagi berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingginya persentase kemiskinan dipengaruhi konsumsi rokok berlebih.

Menurut Kepala BPS Sumsel, Moh Wahyu Yulianto, mayoritas warga miskin bukan karena tidak memiliki pekerjaan. Melainkan faktor konsumsi rokok mencapai 20 persen setiap bulan.

1. Warga upah minimal mayoritas konsumsi rokok di Sumsel

rokok tembakau adalah salah satu faktor risiko kejadian kekurangan zat besi pada pria (freepik.com/Freepik)

Wahyu menjelaskan, rata-rata masyarakat mengonsumsi rokok adalah pekerja dengan upah minimum dan tidak memiliki pekerjaan lain, selain pendapatan bulanan dari hak karyawan atau gaji.

"Penduduk miskin ini banyak mengonsumi rokok," ujarnya Kamis (16/1/2025).

2. Pengeluaran rokok paling minimum tiap bulan capai Rp100 ribu

Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Wahyu menyebut, selain pekerja dengan upah minimum, warga miskin dengan pekerjaan serabutan pun menyumbang konsumsi rokok setiap bulan. Ia merinci, penduduk miskin dengan pendapatan kurang, bisa mengeluarkan Rp560 ribu per bulan hanya untuk mengonsumsi produk tembakau.

"Paling sedikit, 20 persen untuk rokok itu pastinya bisa sampai 100 ribu setiap bulan," jelasnya.

3. Pengeluaran rokok jika dibelikan bahan pokok mampu mengurangi angka kemiskinan

Ilustrasi rokok (Pexels.com/ Nezar Alareqe)

Padahal lanjut Wahyu, bagi warga miskin, pengeluaran Rp100 ribu itu sangat berarti. Dia memberikan gambaran, jika dalam sebulan tak konsumsi rokok dan uang Rp100 ribu sudah bisa membeli kebutuhan pokok sehari-hari.

"Jika 100 ribu dibelikan kebutuhan harian seperti beras, minyak dan lainnya maka akan mengurangi tingkat kemiskinan," kata dia.

4. Pemerintah daerah Sumsel diminta serius menangani angka kemiskinan masyarakat terutama akibat rokok

Illustrasi berhenti merokok (pexels.com/Fabiana Zambrano)

Wahyu meyampaikan, saat ini pemerintah daerah fokus mengentaskan persoalan kemiskinan dengan berbagai program. Itu meliputi, program pendekatan konsumsi serta mendata infrastruktur kantong kemiskinan di Sumsel.

"Kemiskinan ini memang masalah sangat kompleks dan benar-benar harus diperhatikan, terutama yang disebabkan pengeluaran rokok," jelasnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Feny Maulia Agustin
Martin Tobing
Feny Maulia Agustin
EditorFeny Maulia Agustin
Follow Us