ilustrasi pohon karet (unsplash.com/Isuru Ranasinha)
Maka itu, lanjut Alex, Gapkindo mendorong pemerintah agar mempercepat pengembangan industri hilir karet dalam negeri sebagai langkah strategis mengurangi ketergantungan terhadap pasar luar negeri. Menurut dia, penguatan konsumsi domestik melalui hilirisasi tidak hanya akan menciptakan nilai tambah, tetapi juga memperkuat ketahanan industri karet nasional.
“Saatnya pemerintah serius memikirkan peningkatan konsumsi domestik karet melalui program hilirisasi. Ini akan membantu melepaskan ketergantungan yang selama ini terlalu besar pada ekspor,” katanya.
Sementara dari prediksi Bank Indonesia, permintaan terhadap komoditas karet Sumsel masih relatif aman di tengah kebijakan tarif impor 19 persen dari Amerika Serikat untuk Indonesia.
“Dari sisi komoditas, karet menjadi komoditas yang diperkirakan terdampak (kebijakan tarif), namun secara struktural pasar karet Sumsel masih terdiversifikasi,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel Bambang Pramono.
Dia merinci, karet Sumsel memang mendominasi total ekspor Sumsel ke AS, dengan besaran hingga 92,54 persen. Namun selain AS, karet Sumsel juga diekspor ke sejumlah negara. Yakni China sebesar 29,81 persen, Eropa 12,05 persen, Jepang 9,87 persen, India 8,21 persen dan negara ASEAN lainnya 1,02 persen.