Palembang, IDN Times - Bisnis pertambangan masih menjadi industri menjanjikan. Peluang cuan dan profit besar membuat usaha tambang makin diminati. Salah satu perusaan tambang plat merah yang masih eksis saat ini adalah PT Timah Tbk.
Selain sudah puluhan tahun bergerak di sektor tambang, PT Timah Tbk belakangsn jadi perbincangsn setelah kasus mega korupsi Rp271 Triliun diungkap Kejaksaan Agung.
PT Timah Tbk merupakan perusahaan yang mempunyai sejumlah anak perusahaan dan bergerak di bidang perbengkelan serta galangan kapal. PT Timah Tbk juga menjadi perusahaan penerima jasa rekayasa teknik, penambangan timah, jasa konsultasi, dan penelitian pertambangan serta non timah.
PT Timah Tbk jadi salah satu anggota Mining Industry Indonesia (MIND ID) Badan Perusahaan Milik Negara (BUMN), sebuah Holding Industri Pertambangan sejak 2 Agustus 1976 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1995.
PT Timah Tbk berdomisili di Pangkalpinang, Bangka Belitung (Babel) dan memiliki wilayah operasi di Babel, Riau, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, serta di Cilegon Banten.
PT Timah Tbk merupakan produsen eksportir logam timah dan memiliki segmen usaha penambangan timah yang terintegrasi kegiatan eksplorasi, penambangan, pengolahan, juga pemasaran.
Kegiatan PT Timah Tbk meliputi bidang pertambangan, perindustrian, perdagangan, pengangkutan dan jasa. Sementara kegiatan utama perusahaan sebagai perusahaan induk yang melakukan kegiatan operasi penambangan timah.
Keterkaitan PT Timah Tbk terhadap kasus Harvey Moeis bermula dari hubungannya dengan Direktur Utama PT Timah Tbk kala itu. Harvey diketahui menghubungi pejabat PT Timah Tbk bertujuan mengakomodir penambangan timah ilegal di wilayah Izin Usaha Penambangan (IUP).
Kemudian Harvey dan pejabat PT Timah Tbk membuat kesepakatan sewa menyewa peralatan peleburan timah di wilayah IUP yang melibatkan empat smelter swasta yakni PT SIP, CV VIP, PT SBS dan PT TIN, yang selanjutnya dilakukan bagi hasil keuntungan.
Namun sebelum kasus korupsi Harvey Moeis ramai, PT Timah Tbk sudah dihadapkan pada angka penurunan ekspor yang drastis. PT Timah Tbk dengan memiliki luas IUP di beberapa wilayah justru kalah ekspor dengan smelter timah swasta.
Catatan Babel Resources Institute (Brinst), PT Timah Tbk memiliki IUP seluas 472.000 hektar. Tetapi selama tiga tahun berturut-turut volume ekspor perusahaan anjlok.
Pada 2021 volume ekspor emiten tambang berkode TINS ini tercatat 27.665 metrik ton, turun menjadi 19.825 metrik ton pada 2022. Selanjutnya pada semester 1 2023 tercatat 8.307 metrik ton.