Kantor OJK Sumsel Babel (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Dia melanjutkan, berdasarkan angka pengguna pinjol di Sumsel, ada beberapa wilayah yang terbiasa dan tinggi peminatnya. Daerah tersebut kata Arifin, dalam beberapa tahun belakang memang kerap mendominasi. Sebab lanjutnya, kemungkinan masyarakat dan warga di sana harus memenuhi keperluan harian yang tinggi.
"Jadi sebenarnya jumlah pemberi pinjaman dengan mereka yang meminjam (pinjo) justru lebih banyak yang minjam. Angkanya tak sebanding. Kebanyakan (peminjam) tentunya yang pertama Palembang, baru diikuti Banyuasin dan OKI (Ogan Komering Ilir)," jelas dia.
Pergerakan pengguna pinjol yang kian tinggi kata Arifin, juga didorong sudah banyak perusahaan finansial dan keuangan (pinjol) menerapkan penawaran ke calon konsumen menggunakan sistem AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan.
"Contohnya bakal konsumen ditelpon dan operator yang menjelaskan itu AI, ini yang akhirnya mendorong orang jadi ingin (memakai pinjol). Karena terbuai, merasa seperti dihipnotis atau istilahnya di kita kena gendam," jelasnya.
Sementara berdasarkan data Indonesia Anti-Scam Center (IASC) per November 2025, Sumsel menduduki peringkat ke-8 nasional dengan jumlah laporan penipuan digital dari pinjol ilegal dengan total 8.135 kasus dan keseluruhan kerugian sentuh Rp107,72 miliar.