Hiasan lampion di salah satu mal Palembang saat momen Imlek (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Dia menyampaikan, dampak kehadiran rojali sebenarnya berpengaruh besar terhadap daya beli masyarakat dan pengunjung mal atau pusat perbelanjaan. Secara umum, efek yang sering dirasakan pengelola ritel di Palembang, adalah daya beli turun signifikan. Jika diurai, jumlah pengunjung mal tak sebanding dengan konsumsi pembelian.
Kebiasaan rojali terlihat meramaikan bisnis ritel, tetapi sebenarnya tidak memberikan dampak positif. Kini rojali kata dia, makin meluas dipengaruhi tren media sosial. Dalam arti, seseorang hanya ingin datang ke pusat perbelanjaan cuma untuk menunjukkan eksistensi ke publik.
"Media sosial atau kecanggihan teknologi ikut andil mendorong isu ini naik, sebab dulunya sudah ada dan dianggap biasa," ujarnya.
Agus mengatakan, kehadiran rojali tidak bisa disalahkan sepihak. Sebab sekarang ekonomi sedang tidak stabil, tetapi dunia ritel dan bisnis dituntut tetap harus berkembang. Kondisi ini lanjutnya, menyebabkan efek domino, seperti mal ramai tetapi jadwal event atau acara dari mitra yang bekerjasama kian berkurang.
"Efek domino daya beli turun karena adanya efisiensi anggaran pemerintah sehingga sejumlah proyek stop dan batal berjalan, kebutuhan alat bangunan berkurang yang berimbas pada pengurangan tenaga kerja pada proyek bangunan, pada bisnis lainnya karena pendapatan pengusaha juga turun," jelas dia.