Harga Barang Pokok Sepanjang September di Sumsel Menurun

Palembang, IDN Times - Badan Pusat Statistik Sumatra Selatan (BPS Sumsel) mencatat persentase penurunan harga barang atau jasa (deflasi) pada September 2022 hingga 0,10 persen. Namun berdasarkan fenomena ekonomi, deflasi Sumsel terjadi karena Administered Price.
"Deflasi atau penurunan harga muncul karena Administered Price, atau harga diatur pemerintah karena kenaikan harga BBM bersubsidi," ujar Kepala BPS Sumsel melalui siaran pers yang diterima IDN Times, Rabu (2/11/2022).
1. Deflasi di Sumsel dipengaruhi penurunan tajam harga cabai merah diangka 25,32 persen

Seiring banyak komoditas yang mengalami penurunan harga di Sumsel, tren deflasi sudah diduga sejak awal September 2022, dengan penurunan komoditas dominan seperti cabai merah hingga 25,32 persen.
"Kemudian harga telur ayam ras turun 9,71 persen dan harga daging ayam ras turun 4,01 persen," kata dia
2. Sumsel mengalami inflasi dalam dua tahun terakhir

Meski adanya penurunan harga bahan pangan, BPS mengimbau pemerintah menjaga laju inflasi (kenaikan harga barang) dalam dua bulan terakhir sisa 2022. Sebab, laju inflasi tahun kalender Sumsel sudah mencapai 5,5 persen. Secara year on year, inflasi tercatat 6,51 persen.
"Angka ini lebih tinggi dibandingkan kondisi nasional dalam dua tahun terakhir," timpalnya.
3. Kenaikan harga beras hingga 17 persen memengaruhi laju inflasi di Sumsel

Zulkifli menggambarkan kondisi ekonomi Sumsel lebih sering mengalami kenaikan harga ketimbang penurunan. Hal itu bisa terjadi karena harga komoditas dominan terus meningkat, sebut saja kenaikan harga beras.
"Kalau kita perhatikan lebih jauh yang mengakibatkan inflasi karena komoditas penting, naiknya beras yang mencapai 17 persen dan kebijakan harga BBM. Semua pihak perlu bekerja sama mengendalikan laju inflasi," jelas dia.