Pertamina berkreasi membuat pameran UMKM secara virtual dalam kegiatan Pertamina SMEXPO. IDN Times/Anggun Puspitoningrum.
Sheyla Taradia Habib, pemilik sebuah produk perawatan kulit bagi ibu dan bayi bernama Beeme Indonesia, paham betul peran digitalisasi terhadap perkembangan UMKM. Tak cuma eksis di pasar nasional, Beeme buatannya bisa dikenal oleh orang-orang di luar negeri.
Produk UMKM asal Provinsi Lampung ini diformulasikan dari bahan-bahan alami, khususnya bahan turunan lebah yang mengatasi berbagai macam permasalahan pada kulit. Niat awal berbagi informasi melalui medsos, justru pelembap itu mendapat banyak respons positif.
"Awal mulai sebelum pandemik Mei 2019, buka penjualan dengan sistem preorder modal awal hanya Rp180 ribu. Tapi Alhamdulilah, langsung laku 100 pieces," imbuh dia.
Seriring berjalan waktu, Beeme makin banyak diminati. Sheyla memberanikan diri menemui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI, Sandiaga Uno, saat melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Lampung.
"Alhamdulillah pak Sandi menyambut positif dan menjadi salah satu UMKM asal Lampung yang dibawa dan diperkenalkan ke Mesir pada Desember 2020 kemarin," papar dia.
Berkat itu, Sheyla mengaku konsumen pelanggan Beeme tidak hanya dari dalam negeri, namun juga luar negeri.
"Mungkin umumnya mereka mengalami kulit kering saat musim salju. Jadi mereka pakai Beeme, karena skincare ini untuk melembabkan dan merawat kulit, bukan skincare produk kecantikan," terangnya.
Menurutnya, digital mampu menyediakan pasar bagi para pengusaha dalam jumlah banyak dan luas, sehingga menjanjikan serta membuka peluang besar.
"Misalnya pemasaran Beeme, semua murni mengandalkan via digital dan ketika seluruh sektor kebingungan karena pandemik. Alhamdulillah, penjualan Beeme tidak ikut berdampak dan malah semakin melonjak. Baru-baru ini saja kita pasang baliho di jalan protokol Kota Bandar Lampung," terang Sheyla.
Yadi Robyan Noor, Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan UMKM Kaltim mengungkapkan, UMKM yang sudah go digital mampu mencatat transaksi ekspor hingga Rp428,2 miliar selama pandemik.
Kaltim memiliki 307.343 UMKM aktif. Jumlah tersebut tersebar di 10 kabupaten dan kota. Terdiri dari 297.207 usaha mikro, 9.440 usaha kecil dan 696 usaha menengah. Jenis usaha beragam. Paling banyak sektor kuliner mencapai 83.996 unit, selanjutnya perdagangan 169.142 unit, jasa sebanyak 28.711 unit, industri pengolahan 13.921 unit dan industri kerajinan hingga 1.573 unit.
Sebanyak 1,5 juta tenaga kerja terserap dari sektor informal ini. Bahkan selama pandemik, Instansi Penerbit Surat Keterangan Asal (IPSKA) mencatat ada 15 UKM dari Kaltim yang sukses menembus pasar internasional.
“Tahun ini sudah ada 21 UMKM, semoga bisa bertambah terus sehingga target 100 pelaku UMKM merealisasikan ekspor bisa tercapai pada 2023 mendatang,” sebutnya.
Ratusan miliar total ekspor tersebut, lanjut Yadi, berasal dari ragam komoditas. Misalnya, olahan dari kayu, minyak jelantah hingga asam lemak bebas. Khusus olahan kayu diminati Singapura, Jepang, Korea Selatan, Tiongkok, Taiwan, Jerman, Italia, Belanda, Islandia, Afrika Selatan dan Amerika Serikat.
Sedangkan, lidi nipah dan sawit digemari India. Khusus minyak jelantah dikirim ke Belanda dan Malaysia. Ada juga komoditas udang yang dikirim ke Jepang, Inggris, dan Taiwan. Rumput laut ke Korea Selatan. Merica diekspor ke Singapura, Amerika, Afrika Selatan, dan Islandia.
Tak hanya itu, kata Yadi, UMKM Kaltim juga sukses mengekspor barang-barang dari industri kreatif. Jumlahnya mencapai Rp7,6 miliar. Sukses menembus pasar luar negeri juga tak lepas dari konsistensi para pelaku UMKM menjaga kualitas produk.