Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi UMKM. (IDN Times/Aditya Pratama)

Palembang, IDN Times - Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan sektor terpenting Tanah Air. Sebanyak 120 juta angkatan kerja di Indonesia bekerja di sektor UMKM, sehingga bisa menghasilkan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 61,7 persen. 

Pandemik yang terjadi sejak tahun lalu, menjadi pukulan keras bagi pelaku usaha sektor UMKM. Daya beli masyarakat menurun ditambah pembatasan oleh pemerintah; Idul Fitri 1442 Hijriah misalnya. Ketika lebaran sebagai momen UMKM meraup cuan yang banyak, justru terkendala oleh larangan mudik.

Bagi UMKM yang sudah lama berkecimpung di dunia digital, mereka tetap bisa memasarkan produk mengingat dunia internet yang tak berbatas. Pelanggannya dari mana saja, dan bisa membeli serta mengirimkan barang kapan saja.

Tapi ada beberapa UMKM yang bergerak lamban, belum melihat peluang besar dari dunia digital hingga akhirnya gulung tikar. Sejumlah pemerintah daerah sudah mendorong agar UMKM yang terpuruk tak makin banyak. Mereka memberi bantuan dan kemudahan. Begitu juga perusahaan swasta maupun plat merah yang mulai rutin memberi pelatihan sebagai bekal pelaku UMKM go digital.

1. Digitalisasi sebagai sebuah harapan

Ilustrasi UMKM (IDN Times/Dhana Kencana)

Rina Jayanti, pelaku UMKM di Palembang menceritakan, awalnya ia yang menjajakan produk lewat kios depan rumah. Rina menjual aksesori perempuan seperti pernak-pernik hijab. Ketika pandemik tahun lalu, ia harus menutup kios karena sepi pembeli.

Rina sama sekali tak pernah terpikir untuk berjualan melalui online. Sebab kata dia, faktor minim kemampuan dan pengetahuan teknologi menjadi alasan. Ia kemudian "terpaksa" belajar media sosial (medsos) saat bergabung komunitas Crafter.

"Saya diajarkan teman buat Instagram biar bisa jualan online. Terus diajarkan untuk memanfaatkan momen, jualan masker juga akhir tahun lalu. Dijual lewat Facebook dan Instagram," katanya, Minggu (23/5/2021).

Sherlly Novresta, pelaku usaha 3A D'Art di Jalan Swadaya Pakjo, Palembang, juga mengaku mendapat manfaat besar ketika berjualan online. Menurut dia, dunia digital membantu pelaku usaha mendapat pesanan.

"Saya jualan kerajinan craft seperti aksesori khas Palembang, gantungan kunci songket, mahar songket, dan barbie Aesan Gede lewat offline. Setelah mulai jualan online, pesanan meningkat 80 persen," jelasnya.

Suka atau tidak, pandemik COVID-19 membuka mata setiap orang jika berjualan tak selamanya bisa dilakukan secara offline. Melalui digitalisasi, mendekatkan diri kepada pelanggan bisa dilakukan dengan mudah.

Pemilik Giowari Put ra Craft (GWP Craft) asal Sleman, Stefanus Indri Sujatmiko mengungkapkan, dirinya merasakan dampak sejak awal pandemik COVID-19. Bahkan, GWP Craft sempat tidak melakukan produksi hingga empat bulan karena cash flow yang minus.

"Cash flow usaha minus untuk bayar tenaga kerja keluar terus, pemasukan mulai seret. Kemarin sempat lancar terus ada PSBB se-Jawa jadi seret lagi," ungkapnya, Jumat (21/5/2021).

Pengusaha yang memanfaatkan bonggol jagung sebagai basis kerajinan ini mengatakan, omzetnya sempat minus 70-80 persen. Bahkan momen lebaran yang biasa digunakan untuk meraup banyak keuntungan, menjadi sepi lantaran peniadaan mudik. Bukan hanya itu, pembatalan pesanan pun juga sangat banyak.

"Sangat besar penurunannya, daya beli masyarakat rendah, produk kita (craft) juga bukan kebutuhan pokok masyarakat," kata pengusaha yang berbasis di Sendangagung, Minggir.

Indri memperkecil keterpurukan dengan memanfaatkan teknologi digital. Ia meminta para karyawan untuk membuat akun di lokapasar atau e-commerce untuk mendongkrak penjualan. "Saya minta anak buah saya buka akun di e-commerce sama bikin design baru," terangnya.

Menurut Indri, teknologi digital ini sebenarnya tidak asing bagi GWP Craft, di mana pada tahun 2017 sudah mulai menggunakan berbagai layanan digital. Seperti layanan yang ada di beberapa lokapasar, medsos, serta di platform Google.

"GWP berdiri 5 Januari 2016. Pemakaian digital sekitar tahun 2017, setelah banyak pembinaan dari dinas terkait seperti Disperindag kabupaten dan provinsi, Dinkop kabupaten dan provinsi dan lain-lain seperti banyak ikut event lomba harus berbasis industri 4.0," jelasnya.

Menurut Indri, jika dibandingkan dengan direct selling, penjualan secara digital memang masih kalah signifikan. Namun demikian, pemanfaatan teknologi digital untuk pemasaran produk juga turut berpengaruh terhadap produk.

2. Terbantu oleh kehadiran lokapasar

Editorial Team

Tonton lebih seru di