Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

Ekspor Paha Kodok Sumsel Menjanjikan, Tapi Kuota Tangkap Menghambat

IMG-20250711-WA0071.jpg
Kepala Balai Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Sumsel Sri Endah Ekandari (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Intinya sih...
  • Paha kodok Sumsel menjadi komoditas ekspor menjanjikan, terutama ke Eropa.
  • Kuota tangkap di lahan sawah terbatas, menghambat pengiriman paha kodok ke luar negeri.
  • Pemerintah daerah perlu tindak lanjut untuk mendukung ekspor paha kodok dari Sumsel melalui kerjasama antarpihak dan pembinaan SDM.

Palembang, IDN Times - Paha kodok dari Sumatra Selatan (Sumsel) jadi salah satu komoditas ekspor yang menjanjikan. Apalagi permintaan dari Eropa cukup tinggi. Selain karena negara di sana membuat paha kodok sebagai olahan makanan, jumlah produksi paha kodok dari daerah sawah Sumsel pun lumayan.

Meski menjanjikan, ternyata Sumsel belum mampu optimalkan pengiriman paha kodok ke luar negeri. Sebabnya, kuota tangkap di lahan sawah terbatas. Kondisi inilah yang perlu disoroti pemerintah daerah agar bisa menyokong nilai ekspor dari Sumsel.

1. Paha kodok Sumsel diminati Belgia

ilustrasi ekspor impor (pexels.com/Kai Pilger)

Menurut Kepala Balai Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Sumsel Sri Endah Ekandari, sebenarnya Sumsel memiliki peluang besar dalam jumlah pengiriman paha kodok atau kaki katak. Utamanya dalam pengiriman komoditas beku. Tetapi kata dia, SDM yang bisa menangkap hewan ini sulit.

"Kita terus berupaya membuka pasar baru. Paha kodok sudah diminati Belgia, tapi terkendala di kuota tangkap," katanya, Jumat (11/7/2025)

2. Ekosistem ekspor perlu sinergitas pemerintah daerah

IMG-20250711-WA0070.jpg
Kepala Balai Karantina Hewan Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Sumsel Sri Endah Ekandari (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Situasi yang menghambat itu, lanjut Endah, perlu tindak lanjut lebih detil. Karena untuk membangun ekosistem ekspor komoditas dari Sumsel membutuhkan kerjasama dan sinergi antar pihak, khususnya dari kebijakan pemerintah daerah.

"Ini juga perlu disinergikan dengan dinas terkait," ujar dia.

3. Ekspor Sumsel butuh pengawasan balai karantina

ilustrasi barang ekspor (pexels.com/DuaEnam KosongLima)

Endah menyampaikan, dari sisi BKHIT Sumsel, mengenai ekspor paha kodok hanya berwenang dalam pengawasan kualitas serta pengecekan apakah komoditas yang akan dikirim itu sudah sesuai standar dan layak ekspor serta dipastikan telah memiliki sertifikasi pengiriman ke luar negeri.

"Ekspor bukan hanya soal teknis karantina, tetapi juga menyangkut ekosistem. Di Sumsel ekosistem ekspor belum sekuat daerah lain," jelasnya.

4. Ekspor paha kodok Sumsel diharapkan terbentuk ekosistem

14 negara yang terkena tarif tinggi Amerika.png
Ilustrasi ekspor-impor (unsplash.com/ CHUTTERSNAP)

Sementara berdasarkan data Badan Karantina Sumsel pada Desember 2023 lalu, nilai ekspor paha kodok pernah mencapai Rp2,3 miliar dengan jumlah yang dikirim sekitar 17 ribu kilogram paha kodok beku. Sumber paha kodok itu berasal dari beberapa daerah potensial di Sumsel seperti dari Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) yang merupakan jenis kodok sawah.

Harapan ke depan, pemerintah setempat bisa membuat pembinaan khusus bagi SDM yang memang bisa menangkap paha kodok kemudian dibuatkan khusus budidaya kodok atau katak dengan kualitas bermutu. Sehingga ekspor komoditas dari Sumsel tak hanya dari sektor perkebunan, tetapi juga hewan, ikan dan tumbuhan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hafidz Trijatnika
EditorHafidz Trijatnika
Follow Us