Ekonomi Sumsel Potensi Inflasi Semester Kedua 2025, Apa Penyebabnya?

- Inflasi Sumsel mencapai 2,44 persen di semester pertama 2025, masih dalam rentang yang ditentukan nasional
- BI klaim ekonomi Sumsel dalam tren positif dengan angka 2,44 persen pada Juni 2025
- BI Sumsel waspadai kenaikan harga kelompok volatile food dan administered price untuk mengendalikan inflasi
Palembang, IDN Times - Pergerakan ekonomi Sumatra Selatan (Sumsel) diprediksi mengalami inflasi atau lonjakan harga pada sejumlah komoditas di semester kedua 2025, mulai Juli-Desember. Kondisi itu diperkirakan terjadi pada harga barang dan jasa.
"Kita waspadai (kenaikan harga) makanya kita koordinasi dengan pemerintah daerah agar kenaikannya bisa terjaga tidak tinggi diatas rentang itu,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sumsel, Bambang Pramono, Rabu (9/7/2025).
1. Inflasi Sumsel 2,44 persen di semester pertama 2025

Potensi kenaikan harga tersebut lanjut Bambang, merujuk nilai inflasi Sumsel di triwulan satu dan dua tahun ini. Berdasarkan data yang tercatat, pada penutup semester pertama 2025, Sumsel mendapati inflasi 2,44 persen secara year on year (yoy).
"Angka ini (inflasi) masih relatif terjaga di dalam kisaran level yang ditentukan sebesar 2,5 persen nasional," jelasnya
2. BI klaim ekonomi Sumsel dalam tren positif

Bambang merinci, ekonomi Sumsel di semeter pertama 2025, khususnya pada Juni tahun ini berada di angka 2,44 persen. Sedangkan lanjutnya, titik tengah inflasi nasional adalah 2,5 persen. Jadi Sumsel jelas bambang masih dalam tren positif.
"Ekonomi Sumsel masih bagus, menurut pantauan kami demikian," ujar dia.
3. BI Sumsel waspadai kenaikan harga kelompok volatile food dan administered price

Meski BI Sumsel dan pemerintah daerah optimis ekonomi akan membaik pada Juli hingga Desember 2025, namun pemerintah mewaspadai adanya kenaikan level kondisi inflasi wilayah. Maka itu, kata Bambang, tim pengendali inflasi daerah mengantisipasi kenaikan dan perubahan harga kelompok volatile food dan administered price.
"Pantauan terhadap beberapa aspek pendorong inflasi perlu dilakukan sejalan dengan berlangsungnya momen-momen. Salah satu catatan yang dia berikan yaitu terkait kenaikan ongkos dan harga gas LPG, agar dampaknya tidak memberikan andil yang signifikan. Seperti misalnya saat HBKN (Hari Besar Keagamaan Nasional) dan juga libur anak sekolah, kita jaga agar tidak tinggi (inflasi)," jelas dia.