Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Cuan Warga Palembang Bikin Terompet Tahun Baru dari Limbah Kalender (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Palembang, IDN Times - Lincah tangan M. Haryanto lepas pasang lem kayu di atas gulungan limbah kalender, lalu dibalut kertas kado dimensi, menjadi kegiatan rutinnya tiap tahun. Warga Palembang ini, konsisten membuat terompet sejak 20 tahun silam.

"Awalnya bantu teman (bikin terompet) sekarang usaha sendiri, usaha selingan tiap akhir tahun," katanya saat IDN Times berkunjung kediamannya Jalan Wahid Hasyim, 5 Ulu Darat, Senin (30/12/2024).

1. Harga terompet mulai Rp5-200 ribu

Cuan Warga Palembang Bikin Terompet Tahun Baru dari Limbah Kalender (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Haryanto mengatakan, limbah-limbah poster dan kalender didapatkan dari toko percetakan. Sementara bahan baku lain dibeli sendiri di pasar yang kemudian bahan-bahan tersebut dirakit menjadi terompet dengan berbagai jenis dan ukuran.

"Harga mulai Rp5 ribu ukuran kecil hingga bisa sampai Rp200 ribuan untuk terompet sepanjang dua meter bentuk naga, terompet barongsai," jelas dia.

2. Penjualan terompet sudah banyak dari hotel

Cuan Warga Palembang Bikin Terompet Tahun Baru dari Limbah Kalender (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Selain usaha terompet, Haryanto juga kerap bekerja serabutan. Jika bukan di momen akhir tahun, ia bisa menjadi seorang pemangkas rabut pria hingga kuli bangunan. Menurutnya, apapun yang ia lakukan harus menghasilkan dan bermanfaat untuk orang lain.

"Sekarang pemesan banyak dari hotel, bisa sampai 500-an buah sekali order. Kalau eceran sudah jarang. Dulu zaman Presiden SBY bisa puluhan ribu terjual," katanya.

3. Omzet penjualan terompet mencapai Rp15 juta

Cuan Warga Palembang Bikin Terompet Tahun Baru dari Limbah Kalender (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Omzet Haryanto dari menjual terompet bisa mencapai Rp15 juta dengan total terompet yang laku sepanjang tahun bisa mencapai 17 ribu buah. Modal membuat terompet kata dia, paling rendah di angka Rp2.500 per buah terompet.

"Biasanya dari tiga bulan sebelum akhir tahun sudah ramai. Tahun ini dari empat bulan sudah dapat omzet total Rp15 juta," jelas dia.

4. Penjualan terompet secara online sudah berlangsung 12 tahun

Cuan Warga Palembang Bikin Terompet Tahun Baru dari Limbah Kalender (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Tantangan menjual terompet dalam beberapa tahun terakhir, lanjut Haryanto, adalah menyesuaikan modal dengan harga bahan baku membuat terompet yang makin mahal. Dia harus memutar otak mendapatkan bahan harga minimal tetapi bisa mendapatkan keuntungan besar.

"Kalau Palembang paling banyak pemesan dari Bukit, kalau luar kota dari Lampung dan Jambi. Pesannya online, karena dari 12 tahun lalu sudah aktif (jualan) di facebook," katanya.

Editorial Team