Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto (IDN Times/Feny Maulia Agustin)
Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Intinya sih...

  • BPS Sumsel meminta pemda atur strategi tekan inflasi akhir 2025.

  • Sumsel alami inflasi 3,44% yoy dan 0,27% mtm di September 2025.

  • Inflasi tertinggi di Muara Enim, Palembang, dan Lubuklinggau.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Palembang, IDN Times - Kepala Badan Pusat Statistik Sumatra Selatan (BPS Sumsel) Moh Wahyu Yulianto meminta pemerintah daerah untuk mengatur strategi dan siasat jelang akhir tahun 2025. Tujuannya, agar laju inflasi wilayah bisa tertekan dan berada di batas atau rentang target nasional di angka 2,5 persen plus minus satu.

"Pemda masih ada pekerjaan rumah di Oktober, November, dan Desember, (menekan laju inflasi)," ujarnya dalam keterangan rilis yang diterima, Kamis (2/10/2025).

1. Inflasi September 2025 lebih tinggi dari bulan sebelumnya

Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Diketahui, berdasarkan data BPS, Sumsel terlapor mengalami inflasi di angka 3,44 persen secara year on year (yoy) dan sebesar 0,27 persen month to month (mtm) per September 2025. Laju inflasi yang tinggi itu dipengaruhi kenikan harga komoditas pangan dan hortikultura seperti cabai merah, daging ayam ras hingga emas perhiasan.

"Inflasi September ini lebih tinggi dibanding Agustus 2025 yang justru mencatat deflasi 0,04 persen (mtm)," kata Wahyu.

2. Nilai inflasi sektor rekreasi dan budaya minus 0,03 persen

Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto (Dok. BPS Sumsel untuk DN Times)

Dia mengatakan, meski nilai inflasi di September 2025 terbilang tinggi, namun secara angka nasional tren kenaikan harga di Sumsel masih sejalan dengan inflasi nasional. Yakni masih berada di level 0,21 persen.

Wahyu menyampaikan, kelompok pengeluaran yang paling mendorong inflasi adalah makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,14 persen, serta perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,14 persen. Adapun deflasi terjadi di kelompok pakaian dan alas kaki di angka minus 0,19 persen serta perlengkapan dan peralatan rumah tangga minus 0,09 persen.

"Sedangkan nilai inflasi di sektor rekreasi dan budaya juga minus 0,03 persen,"  kata dia.

3. Cuaca ekstrem pengaruhi harga komoditas

Kepala BPS Sumsel Moh Wahyu Yulianto (IDN Times/Feny Maulia Agustin)

Sementara dari data spasial lanjut Wahyu, inflasi tertinggi di Sumsel tercatat di Kabupaten Muara Enim sebesar 0,35 persen, disusul Kota Palembang 0,30 persen dan Kota Lubuklinggau 0,27 persen. Sementara inflasi terendah berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dengan 0,03 persen.

"Cuaca ekstrem menjadi faktor utama yang memengaruhi harga sejumlah bahan pangan dan faktor gangguan sisi produksi dan distribusi membuat harga lebih rentan fluktuasi," jelasnya.

Editorial Team