Songket Balang Manarangi (Foto: Dok Vonny)
Menurut Vonny, songket Balang Manarangi, bukan hanya sekadar motif visual, melainkan perwujudan filosofi mendalam tentang kekuatan, keberanian, dan pentingnya posisi Harimau Sumatera sebagai satwa yang berperan sebagai penyeimbang ekosistem hutan.
Untuk tahap pertama, Balang Manarangi ini berwujud selendang dengan sentuhan garis motif yang mengisyaratkan bentuk misai (kumis) dan cakar serta sepasang taring harimau, jalan antara kawasan pegunungan yang dilewatinya, aungan ia yang divisualkan dalam bentuk gelombang serta garis hitam yang merepresentasikan loreng hitam pada tubuh harimau.
"Balang Manarangi ini sudah diluncurkan secara eksklusif, Jumat (30/5/2025) lalu di Creative Stage, Jakarta Convention Center (JCC), Senayan. Selain selendang, dalam pertunjukan fashion, kita juga akan merilis koleksi dari 8 busana spesial bertemakan harimau Sumatera asal Minangkabau yang berspesieskan betina, lorenque suit namanya," katanya.
Vonny menyatakan, ide dan konsep gagasan Balang Manarangi bermula ketika ia pulang ke Sumatera Barat beberapa waktu lalu. Saat dalam perjalanan menuju kawasan Pasar Ateh, Bukittinggi, ia mengaku memperhatikan monumen Inyiak Balang yang ada di beberapa titik.
"Saat itulah, kemudian muncul inspirasi untuk menciptakan songket bermotif belang Harimau Sumatera," katanya.
Dua pekan Pasca Idul Fitri 1446 Hijriah, pertemuan dengan Andri Mardiansyah dan Adi Prima, dua Founder Yayasan Jejak Harimau Sumatera di kota Padang dilakukan.
"Banyak hal dalam pertemuan itu yang kita bahas. Baik tentang Harimau Sumatera sebagai satwa ekologi, maupun kaitannya dengan budaya hingga bicara soal mitos yang melekat," katanya.