Menjadi tulang punggung keluarga sering kali dipandang sebagai bentuk tanggung jawab mulia. Tapi di balik pujian dan penghargaan yang sesekali mampir, ada beban psikologis yang kerap disangkal keberadaannya. Peran ini bukan cuma soal mencari nafkah, tapi juga menanggung ekspektasi keluarga, menjaga stabilitas emosi, dan menjaga harmoni rumah tangga.
Sering kali, orang yang berada di posisi ini merasa harus kuat setiap saat, tanpa ruang untuk merasa lelah atau rapuh. Sayangnya, tidak semua orang paham beratnya posisi ini. Banyak yang hanya melihat sisi luarnya saja seperti gaji tetap, pengambilan keputusan, atau status sebagai kepala keluarga.
Padahal, tekanan mental dan emosi yang dialami bisa jauh lebih besar daripada yang dibayangkan. Berikut ini adalah lima beban psikologis yang sering dihadapi oleh tulang punggung keluarga, namun jarang mendapat pengakuan sebagaimana mestinya.