Pengunjung berwisata di green house Tekate Farm (Foto: IDN Times/Halbert Caniago)
Zakky masih mengingat jelas saat ia diminta oleh sang ayah untuk kembali ke kampung halamannya di Teluk Kabung Tengah karena sang ayah yang telah pensiun dari pekerjaannya sebagai Pegawai Negeri Sipil.
"Waktu itu saya masih bekerja di salah satu perusahaan yang kantornya di pusat Kota Padang. Karena papa sudah pensiun dan saya anak paling bungsu, jadi diminta untuk menemani kedua orang tua di sini," katanya.
Zakky memantapkan dirinya untuk kembali ke kampung halamannya yang berjarak kurang lebih 40 kilometer dari pusat Kota Padang itu untuk memenuhi permintaan sang ayah.
"Tapi, saat sampai di sini saya tidak tahu mau ngapain dan mau mengerjakan apa. Saya lihat anak-anak mudanya juga tidak melakukan kegiatan juga," katanya.
Prihatin melihat rekan sebayanya, Zakky mengajak mereka semua untuk melakukan kegiatan perkumpulan membahas tentang apa yang harus dilakukan dan bermanfaat untuk kampung halamannya itu.
"Memang awalnya itu cukup sulit untuk mengumpulkan teman-teman di sini. Karena mereka tidak terlalu fokus untuk melakukan kegiatan perkumpulan," katanya.
Berbekal pemikiran sebagai seorang aktivis saat berada di kampus, akhirnya Zakky berhasil mengumpulkan beberapa pemuda yang siap untuk membangun kampung halamannya dan mengubah kebiasaan menganggur.
"Setelah berkumpul, kami sepakat untuk melakukan kegiatan green house. Kebetulan ada lahan seluas 250 meter di dekat sini yang bisa dimanfaatkan," katanya.
Tetapi, Zakky dan teman-temannya kembali terbentur dengan permodalan yang cukup banyak dibutuhkan untuk membuat green house yang telah direncanakan itu.
"Karena terbentur permodalan, saya mencoba menghampiri Pertamina di sini. Siapa tahu perusahaan BUMN itu mau membantu kami para pemuda di sini," katanya.
Gayung bersambut, pihak Pertamina langsung menyetujui ide pembuatan green house tersebut. Tetapi, para pemuda itu harus memikirkan lebih detail tentang apa yang akan mereka tanam di sana.
"Setelah kembali berdiskusi, akhirnya kami menyepakati untuk menanam melon. Meski kami tidak tahu bagaimana cara menanam melon secara hidroponik ini," katanya.
Ide itu juga kembali disetujui oleh pihak Pertamina Patra Niaga yang akan memberikan bantuan dari Social Responsibility (CSR) yang dimiliki perusahaan tersebut.
"Kami diminta untuk membuat proposal soal pendanaan yang dibutuhkan untuk membangun green house ini yang langsung kami penuhi," tukasnya.
Setelah menyerahkan proposal itu, Zakky dan teman-temannya diminta untuk menunggu persetujuan dari pusat terkait permohonan bantuan itu.
"Dalam beberapa minggu saja kami sudah mendapatkan persetujuan dan Pertamina menyatakan akan membantu kami dengan uang nominalnya Rp150 juta," katanya.
Karena tidak memiliki keahlian dalam membuat green house, Zakky dan teman-temannya sepakat agar pihak Pertamina yang membangunkan untuk mereka berikut dengan bibit yang dibutuhkan.
"Beruntungnya, pihak Pertamina mau membangunkan green house berikut dengan pipa yang dibutuhkan untuk tanaman hidroponik ini," lanjutnya.